Tentang Kami

Selamat datang di Desawarnana

 

Desawarnana bukanlah hal baru. Desawarnana adalah judul yang diberikan seorang penulis terhadap tulisannya yang dikenal dengan nama Nagarakertagama. Karya tulis yang memberikan kesaksian pemerintahan seorang raja pada abad keempat belas di wilayah Nusantara yang menjunjung tinggi ide-ide modern keadilan sosial, kebebasan beragama, keamanan pribadi, dan kesejahteraan rakyat. 

 

Mpu Prapanca sebagai sosok penting yang menghasilkan karya monumental ini. Menurut para ahli, nama Mpu Prapanca adalah nama samaran, nama pena dalam sebuah karya. Para sejarawan mengungkap nama asli Mpu Prapanca adalah Dhang Acarya Nadendra. Seorang Buddhis yang menjadi dharmadyaksa (Menteri Agama) di Kerajaan Majapahit, kerajaan Hindu yang sedang dalam masa keemasannya di bawah pemerintahan Rajasanagara (Hayam Wuruk) dan Mahapatih Gajah Mada.

 

Mpu Prapanca menghasilkan karya atas inisiatifnya sendiri, setelah tinggal jauh dari pusat kerajaan dan kekuasaan. Dalam tulisannya, Mpu Prapanca menyebut karya ini Kakawin Desawarnnana atau Desa Warnana. Kata desa berarti daerah atau wilayah, sedangkan warnnana berarti bentuk, penampilan, atau warna. Kakawin Desawarnnana dapat diartikan pelukisan tentang wilayah kerajaan dalam bentuk kidung pujian.

 

Sloka mwan kakawin kidun stuti nike haji maka muka desawarnnana

 

Istilah Nagarakertagama lebih dikenal dibanding Desa Warnana. Desa Warnana merupakan nama yang disematkan oleh penulisnya, sedangkan Nagarakertagama menurut para filolog merupakan istilah yang tertera pada kolofon. Kolofon merupakan catatan akhir pada sebuah naskah kuno yang memberikan informasi tentang penyalin, tempat dan waktu penyalinan, serta informasi lainnya. Keberadaan kolofon pada sebuah naskah kuno menunjukkan eksistensi penyalinnya, umur naskah, dan identitas lainnya. 

 

Istilah Nagarakertagama dimungkinkan berada pada kolofon naskah salinan yang lebih mempunyai kekuatan bukti akademik, sehingga lebih populer. Menurut hemat saya, Nagarakertagama lebih sesuai dengan isi naskah yang menceritakan negara atau Kerajaan Majapahit, sedangkan ‘warna’ dalam konteks ini cenderung pada ‘agama’ yang beragam. Mpu Prapanca seakan menyampaikan pesan bahwa ‘agama’ menjadi identitas wilayahnya yang beragam, potensi yang mungkin dikembangkan dan bahaya laten yang kapan saja bisa melemahkan. Dalam pupuh 77 Nagarakertagama disebut Desa Kebuddhaan Bajradara, kemudian pupuh 78 disebutkan Desa Perdikan Hindu Siwa dan Hindu Wisnu. Dari sini setidaknya ada tiga aliran agama yang hidup berdampingan, yaitu Hindu Siwa, Hindu Wisnu dan Buddha.

 

Kakawin Nagarakertagama merupakan naskah berbahasa Jawa Kuno yang pertama kali ditemukan di Pulau Lombok pada tahun 1894. Naskah ini menjadi istimewa tidak hanya karena telah tercatat sebagai Memory of the World sejak tahun 2013 oleh UNESCO, namun juga memberikan informasi mengenai masyarakat pada masa tertentu dari desa ke desa. Para ahli dapat merekonstruksi keadaan sosial, politik, budaya dan agama yang ada pada saat itu, sehingga hari ini kita bisa memahami perjalanan sejarah Indonesia secara runtut dari abad ke abad.

 

Oleh karena itu, kami mengajak setiap orang menjadi bagian dari Desawarnana. Menjadi sahabat Mpu Prapanca dalam menuliskan Neo-Desawarnana. Mari, bergabung bersama kami, menjadi Sahabat Mpu Prapanca Relawan Desawarnana. Bergabung

Posting Komentar

0 Komentar