Tentang Kami

Selamat datang di Desawarnana…!!!

 

Desawarnana bukanlah hal baru. Desawarnana adalah judul yang diberikan seorang penulis terhadap karyanya yang kini dikenal dengan nama Negarakertagama. Karya tulis yang memberikan kesaksian pemerintahan seorang raja pada abad keempat belas di wilayah Nusantara yang menjunjung tinggi ide-ide modern keadilan sosial, kebebasan beragama, keamanan pribadi, dan kesejahteraan rakyat. 

 

Kakawin Negarakertagama merupakan naskah berbahasa Jawa Kuno yang pertama kali ditemukan di Pulau Lombok pada tahun 1894. Naskah ini menjadi istimewa tidak hanya karena telah tercatat sebagai Memory of the World sejak tahun 2013 oleh UNESCO, namun juga memberikan informasi mengenai masyarakat pada masa tertentu dari desa ke desa. Para ahli dapat merekonstruksi keadaan sosial, politik, budaya dan agama yang ada pada saat itu, sehingga hari ini kita bisa memahami perjalanan sejarah Indonesia secara runtut dari abad ke abad.

 

Istilah Negarakertagama lebih dikenal dibanding Desawarnnana. Desawarnnana atau Desa Warnana merupakan nama yang disematkan oleh penulisnya, sedangkan Negarakertagama menurut para filolog merupakan istilah yang tertera pada kolofon. Kolofon merupakan catatan akhir pada sebuah naskah kuno yang memberikan informasi tentang penyalin, tempat dan waktu penyalinan, serta informasi lainnya. Keberadaan kolofon pada sebuah naskah kuno menunjukkan eksistensi penyalinnya, umur naskah, dan identitas lainnya. 

 

Istilah Negarakertagama dimungkinkan berada pada kolofon naskah salinan yang lebih mempunyai kekuatan bukti akademik, sehingga lebih populer. Menurut hemat saya, Negarakertagama lebih sesuai dengan isi naskah yang menceritakan negara atau Kerajaan Majapahit, sedangkan ‘warna’ dalam konteks ini cenderung pada ‘agama’ yang beragam. Mpu Prapanca seakan menyampaikan pesan bahwa ‘agama’ menjadi identitas wilayah yang beragam, potensi yang mungkin dikembangkan dan bahaya laten yang kapan saja bisa melemahkan. Dalam pupuh 77 Nagarakertagama disebut Desa Kebuddhaan Bajradara, kemudian pupuh 78 disebutkan Desa Perdikan Hindu Siwa dan Hindu Wisnu. Dari sini setidaknya ada tiga aliran agama yang hidup berdampingan, yaitu Hindu Siwa, Hindu Wisnu dan Buddha.

 

Mpu Prapanca sebagai sosok penting yang menghasilkan karya monumental ini. Menurut para ahli, nama Mpu Prapanca adalah nama samaran, nama pena dalam sebuah karya. Para sejarawan mengungkap nama asli Mpu Prapanca adalah Dhang Acarya Nadendra. Seorang Buddhis yang menjadi dharmadyaksa (Menteri Agama) di Kerajaan Majapahit, kerajaan Hindu yang sedang dalam masa keemasannya di bawah pemerintahan Rajasanagara (Hayam Wuruk) dan Mahapatih Gajah Mada.

 

Mpu Prapanca menghasilkan karya atas inisiatifnya sendiri, setelah tinggal jauh dari pusat kerajaan dan kekuasaan. Dalam tulisannya, Mpu Prapanca menyebut karya ini Kakawin Desawarnnana atau Desa Warnana. Kata desa berarti daerah atau wilayah, sedangkan warnnana berarti bentuk, penampilan, atau warna. Kakawin Desawarnnana dapat diartikan pelukisan tentang wilayah kerajaan dalam bentuk kidung pujian.

 

Sloka mwan kakawin kidun stuti nike haji maka muka desawarnnana

 

Desawarnana dihadirkan kembali sebagai Gerakan Literasi Desa. Gerakan ini berupaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi di kalangan masyarakat desa. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi buta huruf tetapi juga untuk menumbuhkan budaya baca yang kritis dan produktif di kalangan warga desa.

 

Desawarnana sebagai inspirasi dalam Gerakan Literasi Desa. Hal ini membawa manfaat yang signifikan dalam pelestarian budaya lokal. Karya ini, kaya akan sejarah dan kebijaksanaan lokal, memberikan konteks yang kuat bagi masyarakat untuk memahami identitas dan warisan budaya. Selain itu, melalui pemahaman dan penghargaan terhadap literatur klasik, gerakan ini membantu menguatkan jati diri komunitas desa dan memperkuat hubungan antargenerasi, di mana cerita dan nilai-nilai lama yang relevan, diwariskan kepada generasi muda.

 

Gerakan Literasi Desa berperan sebagai katalisator bagi pembangunan desa yang berkelanjutan. Dengan mendorong literasi, masyarakat desa lebih mampu mengakses informasi yang relevan untuk pengembangan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Ini, pada gilirannya, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan dan pengambilan keputusan. Melalui pembelajaran yang berkelanjutan dan kolaboratif, Gerakan Literasi Desa yang berakar pada nilai-nilai kearifan lokal diharapkan mampu menciptakan desa-desa yang mandiri, berdaya, dan berpengetahuan luas.

 

Oleh karena itu, kami mengajak setiap orang menjadi bagian dari Desawarnana. Menjadi penggerak literasi desa, mengembangkan program inovasi untuk kebangkitan Indonesia Raya. Mari, bergabung bersama kami, menjadi Sahabat Mpu Prapanca Relawan Desawarnana.

Posting Komentar

0 Komentar