Merajut Kebersamaan di Bulan Kemerdekaan

 


Udara dingin menyelimuti Desa Sukasari Kecamatan Pulosari Kabupaten Pandeglang, Minggu 13 Agustus 2023 tepatnya pukul 06.00 WIB. Pagi yang dingin nan cerah di lembah antara gunung Pulosari dan Haseupan nampak masyarakat berdatangan ke halaman kantor Desa Sukasari. Pasangan suami istri, hingga ibu-ibu hamil yang mengenakan pakaian olahraga silih berganti berdatangan. Terlihat pula anak-anak setengah berlari sembari membawa jinjingan telor gulung ikut guyub bersama warga lainnya. Kedatangan warga itu bukan untuk mengantre pembagian sembako, melainkan untuk mengikuti lomba jalan santai menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia.

Antusias masyarakat tersebut membuat Briptu Ogi anggota Polsek Pulosari yang ditugaskan mengamankan kegiatan jalan santai tertegun. Kondisi itu pun memacu semangat pria berusia 29 tahun itu menunaikan tugas yang diembannya. Sambil berdiri tegap dan sigap sang abdi negara itu pun memberikan pengarahan agar peserta tetap tertib. Tak lema berselang, lomba jalan santai untuk menyambut peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia itu pun dimulai. Seiring berjalannya perlombaan, ada peserta yang terlihat hampir pingsan yang membuat tim medis berlari mengahmpri dan merangkul lalu dievakuasi ke dalam ambulans, peserta itu bernama Surti yang kelelahan setelah menempuh perjalanan sekira 2 kilometer.

Usai diperiksa tim medis, wanita yang mengenakan baju kuning itu tertawa dan meminta turun dari mobil ambulans untuk melanjutkan perlombaan. Tak terasa kegiatan yang dijalankan riang gembira pun berakhir dengan ditandai sinar mentari di pucuk ubun. Para peserta satu demi satu membubarkan diri, namun beberapa di antaranya memilih berbelanja dari barang yang dijajaki para pedagang, ada juga yang bercakap dengan panitia kegiatan. Disudut depan bangunan kantor Desa, terlihat tim dokumentasi menenteng air kemasan dengan raut wajah yang nampak kelelahan. Matahari mulai menunjukan condong ke arah barat, dan acara hari itu selesai.

Kegiatan lanjutan bertajuk kebersihan lingkungan dan seni membuat gapura yang diikuti 20 RT se Desa Sukasari, Rabu 16 Agustus 2023. Dalam perlombaan itu dewan juri terperajat kaget melihat lingkungan yang bersih tanpa sampah dan drainase yang di bangun dari Dana Desa yang terdapat aliran air tanpa limbah. Tim penilai yang berjumlah tiga orang yang terdiri dari Pendamping Desa (PD) dan Pendamping lokal Desa (PLD) terus menyusuri tiap sudut kampung. Sesekali mereka beristirahat untuk minum sambil menikmati desir angin dan asrinya kampung yang memanjakan mata itu. Di lain sisi, ada banyak warga masyarakat yang mengajak mampir di rumahnya dan menyuguhkan beberapa makanan. Hingga menjelang petang para juri yang bernama Adien, Ruslan dan Farihah itu menyelesaikan tugasnya dengan kebahagiaan atas kekagumanya melihat wilayah yang bersih dan keramahan masyarakat.

Tanggal 17 Agustus 2023 pagi itu kicauan burung burung liar dan cahaya mentari terang, menerobos masuk melalui celah pepohonan di sebuah lapangan sepakbola di Desa Sukasari Kecamatan Pulosari Kabupaten Pandeglang. Seluruh elemen masyarakat mulai dari petani, para ketua RT dan RW, perangkat desa, Kader, Karang Taruna, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pendamping Desa (PD) Pendamping Lokal Desa (PLD) dan anak anak sekolah mulai berdatangan untuk mengikuti upacara HUT Republik Indonesia (RI).

Di lain sisi, di pintu masuk sebelah utara mulai berdatangan peserta lomba karnaval dari 11 kampung dengan berbagai kostum, ada yang mengenakan seragam militer, petani, pahlawan kemerdekaan dan lainya yang sekaligus menjadi peserta upacara. Secara keseluruhan peserta upacara tersbut berjumlah 1200 orang. Di sebelah selatan lapangan itu banyak juga pedagang yang berjualan mulai dari jajanan anak-anak seperti telor gulung, es campur, bakso, opak mentah, emping melinjo hingga pedagang ikan asin yang antusias mulai menggelar lapaknya. Ketika matahari diketinggian 45 derajat tepatnya pukul 09.00 WIB protokol yang bernama Martinah dengan suara merdunya memulai upacara, diawali komandan upacara yang memasuki lapangan upacara. Beliau adalah perwakilan dari Polsek Kecamatan Pulosari, yang diminta secara langsung oleh panitia penyelenggara untuk berpartisipasi dalam latihan sampai pelaksanaan upacara.

Dengan gagahnya dan dibaluti seragam lengkap khas polisi itu mulai memasuki lapangan upacara. Pria bernama Ogi itu menggunakan mik wireles dengan suara lantang mengajak kepada semua peserta upacara untuk memberikan hormat kepada inspektur upacara. Dari ujung sudut barat pasukan pengibar bendera satu di antaranya membawa baki yang di atasnya terdapat sang saka merah putih pun mulai bergerak. Mereka mengenakan seragam putih dan dipadukan dengan peci serta sepatu berwarna hitam, tatapan yang lurus ke depan diikuti derap langkah kaki dan kepalan tangan yang dibaluti sarung tangan putih.

Kesan gagah pun terpancar dari mereka, wanita berjumlah 18 itu telah sampai di depan inspektur upacacra. Tiga orang dari mereka perlahan mulai maju untuk mengikat bendera di tali tiang bendera, diiringi lagu kebangsaan Indonesia raya, bendera pun perlahan naik, angin sepoi sepoi menemani sang saka merah putih melaju ke atas dan semua peserta upacara hingga penonton, pedagang yang berada di luar arena pun secara refleks ikut memberi hormat dengan mengangkat tangan kanannya ke dahi mereka. Kecuali dua orang yang bertugas sebagai doukmentasi kegiatan yang hanya berjalan kadang berlari ke sana-ke mari karena agar tidak kehilangan momentum pengambiln foto dan video.

Suara menggelegar dari pengeras suara Inspektur upacara membacakan teks Pancasila, tepat di depan tamu kehormatan yang jaraknya lima meter dari tiang bendera yang diikuti oleh seluruh peserta disertai angin yang meniup dilapangan upacara. Dilanjutkan pembacaan teks proklamasi oleh bapak H. Damanhuri yang intonasinya sedikit menirukan gaya Bung Karno, dibarisan tamu kehormatan ada salasatu peserta yang menangis terharu ketika teks proklamasi dikumandangkan. Bapak Kosim Maulana mulai membacakan pembukaan undang-undang 1945, pria berusia 62 tahun itu menggunakan batik putih corak merah dan peci yang hitam yang sedikit lusuh. Dengan semangat di bawah terik matahari yang terik hingga ada keringat menetespun ia tak menghiraukan demi menjalankan tugasnya.

Kepala Desa yang bertugas sebagai inspektur upacara dengan pakaian serba putih memberikan amanat dengan suara yang halus dan santun, pada menit kedua suaranya mulai mengeras hingga klimaksnya pengeras suara yang diletakan diujung lapangan seolah akan hancur karena kekuatan kencangnyaa suara. Dalam amanatnya pria berkaca mata hitam itu menyerukan ajakan untuk menghormati pejuang era kemerdekaan dan pendahulu sesepuh setempat khususnya orang yang pernah memerintah di desa tersebut. Pria kelahiran Pandeglang itu juga mengimbau kepada seluruh peserta upacara untuk selalau menjaga kesatuan dan persatuan di desa, menghormati satu sama lain dan meminta untuk selalu menjaga kebersihaan dan ketentraman lingkungan masyarakat.

Selanjutnya, H. Syarifuddin melantunkan do’a pertanda upacara pengibaran bendera merah putih akan berakhir, sorban hijau yang sedikit terangkat oleh tiupan angin dan peci putih yang ia kenakan yang memberi kesan ketokohanya, dengan tangan kanannya yang diangkat sebagai simbol munajat atas do’a yang dipanjatkan, bergemuruh suara “Aamiin” yang terlontar dari seluruh peserta upacara.

Masing-masing peserta upacara dibubarkan dengan komando dari tiap ketua pada barisan. Saling beramah-tamah satu sama lain dan banyak juga anak kecil yang menyerbu tenda jajanan khusunya pedagang es yang paling banyak dikunjungi. Pasukan pengibar bendera saling berpelukan disertai tangisan kecil sebagai tanda keberhasilan mereka dalam menjalankan tugasnya. Di tribun tamu kehormatan Kepala Desa banyak dimintai untuk foto bareng tak terkecuali Pendamping Desa, Pendamping Lokal Desa yang ingin didokumentasikan dengan inspektur upacara tersebut.

Di tempat yang sama, acara dilanjutkan dengan lomba karnaval yang tak lain mereka juga adalah sebagai peserta upacara, kegiatan itu diikuti dari 11 kampung di Desa Sukasari. Ada banyak tema dan aneka kostum pada pagelaran tersebut. Dengan suara yang sedikit serak, salasatu panitia memanggil satu persatu peserta untuk menunjukan karyanya, peserta pertama menampilkan beberapa orang dengan kostum tentara belanda menendang–nendang tawanan orang pribumi yang kedua tangannya dipasung.

Tepuk tangan dan sorak sorai sangat ramai, banyak juga yang tertawa lepas karena melihat hal yang lucu dari penampilan peserta karnaval, selain itu juga ada yang mengenakan konsep anak petani yang sedang menaiki kerbau replika, sambal tersenyum dan memegang tali yang mengarah ke mulut kerbau dan diikuti bapaknya yang memikul rumput, banyak peserta yang mendapatkan apresiasi seperti tepuk tangan dari peserta yang lain atas keunikan yang ditampilkan.

Komando diambil alih panitia untuk pembagian hadiah atas perlombaan perlombaan yang telah diselenggarakan beberapa hari sebelumunya, ditengah tengah pengumuman juara, Kepala Desa yang tak menghiraukan terik mentari itu mengambil alih podium dan mengajak kepada semua lapisan masyarakat yang hadir pada saat itu untuk melaksanakan solat dzuhur serta istirahat karena waktu menunjukan pukul 12.00 WIB. Tepat pada pukul 13.00 WIB pembagian hadiah perlombaan dilanjutkan, piala dan bingkisan berjejer di tenda berwarna putih yang disiapkan oleh panitia, ditengah teriknya matahari para peserta lomba tetap antusias mengikutinya.

Bermacam ekspresi yang dipancarkan oleh pemenang hadiah, ada yang selebrasi, tertawa, bahkan ada yang menangis sambil berpelukan dengan tim nya masing- masing bahkan ada yang melakukan sujud syukur ketika Kepala Desa menyebutkan juara satu pada perlombaan Tahfid Qur’an. Ketika semua kegiatan telah berakhir tepatnya pukul 14.00 WIB semua orang dengan sisa semangatnya bersama sama membersihkan area yang banyak sampah karena terdapat plastik sisa makanan yang berserakan, hal itu atas permintaan Kepala Desa karena demi terciptanya lingkungan yang besih dan sehat.

Setelah semua rangkaian kegiatan berakir, Iswandi Gantiana, SH selaku penanggung jawab sambil ngopi santai dan menikmati hembusan asap rokok yang diapit kedua jari tangan kirinya menuturkan bahwa acara ini selenggaran setiap tahun guna menumbuhkan rasa cinta tanah air dan bagian dari bentuk pemberdayaan masyarakat, adapun jenis perlombaanya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kelestariaan lingkungan, oleh karenanya salasatu kriteria pembuatan gapura juga harus terbuat dari sampah daur ulang seperti botol bekas, plastik dan limbah lain yang dapat dimanfaatkan sambungnya, pria berkacamata hitam itu juga menyampaikan dengan penuh kabahagiaan bahwa kegiatan itu bersumber dari APBDes tahun 2023.

Tak lupa mngucapkan terimaksih kepada Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Trasmigrasi Republik Indonesia (PDTT RI) atas dana desa yang selama ini bergulir, Sehingga banyak kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat khususnya pada pagelaran HUR RI yang ke-78 tahun 2023 ini, diakhir penyampaiannya, kepala Desa berusia 41 tahun itu mengucapkan terimaksihnya kepada seluruh Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Kecamatan Pulosari atas partisipasinya dalam pagelaran acara tersebut.



Penulis: Nuryadin Ma'ruf (Pendamping Desa Kecamatan Pulosari)

Posting Komentar

0 Komentar