“Nak
bisa bantu Apak ma mamindahan papan di muko tuch nak?” pinta seorang bapak yang
sedang bekerja menangkat material pasir dilapangan dengan sopan. “Bisa pak,
biar ambo bantu mamindahan papan itu.” Jawabku dengan cepat menanggapi
permintaannya. Dengan masih menyandang rangsel hitamku saat membantu
sertifikasi lapangan kegiatan irigasi, aku angkat potongan papan melintang yang
menghalangi sang bapak tua ringkih untuk mendorong gerobak. Bapak tua itu
berumur sekitar 63-an tahun. Berbadan kecil, memakai sepatu karet, kaos putih
dan celana kerja setengah lutut. Dengan topi lusuhnya berusaha mendorong
gerobak berisi pasir untuk dilangsir menuju kegiatan bangunan irigasi yang di
bangun dengan dana desa.
Kontur
jalan yang menurun dengan sangat terjal dengan kemiringan lebih dari 45º tak
menyulitkan sang bapak tua itu menangkut material turun ke bawah di pinggiran
area persawahan. Jarak tempuh sekitar 170 m, namun medan terjal dan jalan beton
ukuran kecil dan licin, Aku perhatikan sang apak tua mengakalai dengan memberi
ban karet, bekas ban sepeda di bawah kaki penyangga gerobak, sehingga sekaligus
menjadi peredam gesekan saat menuruni jalan terjal dan kecil tersebut.
Bolak
balik sang bapak lakukan, saat aku disana berdiri sudah lebih 10 kali bolak
balik mengangkut material. Aku terkesima, Hmm berat ternyata berjuang mencari
kehidupan, sudah usia pensiun, bekerja tak pernah lelah dengan tangan kuatnya
mengangkat batu, material, demi menghidupi keluarganya. Upah yang diterima
setiap hari sekitar Rp 100.000,- sebagai pekerja harian. Semangat apak pembawa
batu tadi sempat mengugah hati nuraniku. Yang setua itu saja masih semangat,
Nah .. bagaimana dengan para pendamping yang masih usia produktif yang sangat
dibutuhkan masyarakat dan desa, terkadang masih ada yang kurang menghargai
kerja, padahal di usia produktif adalah masa untuk kembali semangat melanjutkan
hidup bekerja dengan iklas dan jujur.
Saat itu
juga aku mengamati aktivitas para pekerja dengan pola PKTD pembuat irigasi di
kejauhan yang asik bekerja bergelut dengan lumpur dan kotornya tanah di atas
pematang sawah. Hardisk memori internalku pun mengenang memori perjalanan tugas
ku sebagai seorang pendamping seorang agent of change selama 5 tahun di di
Pariaman. Otak memoriku seperti masuk ke mesin waktu mengexplore romantisme
masa lalu yang di mixed dengan harmoni alam yang ada di spektrum memory dan
realita kehidupanku.
Disudut
pematang aku terus mengamati tingkah pola hilir mudiak pekerja sambil sesekali
ku mainkan blitz kamera ponselku untuk mengabadikan kegiatan mereka, kulihat
dari tukang, kuli angkut, petani yang ada di sawah, mereka sibuk sendiri dengan
pekerjaannya masing-masing, tanpa menghiraukan orang lain yang berlalu lalang
di sekitarnya. Mereka sama-sama sibuk, sedikit sekali waktu yang tersedia bagi
mereka untuk santai.
Padat
Karya Tunai Desa adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa, khususnya yang
miskin dan marginal, yang bersifat produktif dengan memanfaatkan pemanfaatan
sumber daya, tenaga kerja, dan teknologi lokal untuk memberikan tambahan upah
atau pendapatan, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Para penduduk desa, pengangguran, setengah pengangguran sangat bersyukur ketika
dana desa di Desanya dimanfaatkan untuk pembangunan dan pemberdayaan yang
melibatkan mereka.
Penggunaan
dana desa untuk Pemberdayaan Masyarakat yang merupakan penggunaan Dana Desa
yang digelontorkan Pemerintah sejak 2015 diprioritaskan untuk membiayai
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa, peningkatan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan dan dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa.
Yang juga di kawal dengan keberadaan Pendamping sebagai Tenaga Profesional
Sekitar 34 Ribu Orang tersebesar diseluruh Indonesia, Namun jangan jabatan
pendamping tidak dijalankan sesuai ketentuan dan jangan sia-siakan dengan tanpa
upgrade dan update diri.
Belajar
dari pekerja masyarakat di desa yang terlibat dalam kegiataan swakelola di
Desa, mereka melakukan kegiatan dan kerja untuk mendatangi peluang yang sudah
tersedia disana tanpa harus dibekali dengan rasa sungkan, malu, atau ragu,
karena hidup terus berjalan dan persaingan semakin ketat. Siapa yang duluan itu
yang mendapatkan, tidak ada waktu lagi untuk malu, sungkan, ataupun takut
gagal. Keperdulian sangat minim untuk sekitarnya, bukan karena mereka sombong
tapi lebih karena desakan kehidupan yang dihadapi dan keinginan untuk bahagia
di kehidupan yang akan datang.
Tanpa
terasa ada yang mengalir dalam tubuhku seperti transfer energi secara vibrasi
magis, kekuatan energi kinetik dan semangat untuk terus berjuang mencapai
kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. Sekecil apapun usaha jangan
menyerah, hargai usaha tersebut, mungkin dikemudian hari usaha tersebut akan
menghargai kita dan jangan membiarkan sekecil apapun peluang yang ada di depan
kita, karena sekecil apapun peluang sekian banyak yang akan mengejarnya. Tapi
tidak mengapa, kadang hidup harus berkorban untuk membantu sesama manusia.
Bersyukur
adalah hal yang utama. Terus semangat berjuang dengan tetap pada passion dan
nilai-nilai luhur juga Keep spirit in mind. Dibutuhkan spirit untuk bisa
membangun kekayaan impian yang sudah di re-program DNA Pendamping, Sekiranya
kekayaan itu adalah bangunan, maka pondasinya adalah Mindset (pola pikir yang
benar), Passion (gairah yang kuat), Value (manfaat yang besar), dan model
(teladan yang dekat).
Sore
menjelang, kutinggalkan lapangan dengan bayangan kehidupan. Meski badanku letih
namun jiwaku mulai ter-charger energi untuk bisa lebih semangat lagi menapaki
dan menjalani hidup.Orang-orang besar di sepanjang sejarah, berbuat sesuatu
karena passion dan nilai-nilai mulia. Kalau impian itu besar, maka ia menjadi
seperti magnet, yang menarik sumber-sumber besar lainnya.
Ku buka
pintu kamarku dan ku lempar tas kerja berisi dokumen-dokumen yang terkadang
membuat ku jenuh ke atas tempat tidur. Sepekan bekerja membuatku butuh dunia
lain, dunia yang bisa sekedar menghilang dari rutinitas yang menjenuhkan.
kutinggalkan laptop, dan dokumen pekerjaan. Cukup ku bawa kamera dan rangsel
medium berisi pakaian seperlunya lalu "Kabur" menuju Bukittinggi.
Yeah, tujuanku adalah Bukittinggi yang mempunyai daya magis untuk
menjelajahinya. Aku ingin menikmati akhir pekan di kota magis ini. Tak ingin ku
membawa koper, ataupun tas ukuran besar yang tentu akan merepotkan.
Ini kah
yang namanya perberdayaan? Gumang ku dalam deretan bangku belakang Bus AKDP
masih terpikir dalam benakku sambil memandang panorama alam Minangkabau nan
mempesona, bukankan pemberdayaan adalah suatu proses pembelajaran, perubahan
sikap dan tingkah laku, dan penyadaran masyarakat, sehingga masyarakat tersebut
dapat menentukan sikap mana yang terbaik untuknya, merubah sikap dan penyadaran
masyarakat itu bukanlah hal yang mudah namun perlu waktu yang panjang?.
Pemberdayaan
(empowerment) sebagai kunci keberhasilan dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat untuk berperan aktif bukan hanya mobilisasi dari tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian. Perencanaan yang matang
dengan proses yang membutuhkan waktu panjang dan keterlibatan aktif partisipasi
masyarakat dari semua kalangan sangat bisa mengakomodir apa kebutuhan yang
diinginkan masyarakat. Namun jika tahapan kegiatan perencanaan tingkat
partisipasi masyarakat masih minim, dan hanya sebatas mobilisasi massa dan
sikap skeptis masyarakat yang menganggap ini hanya milik pihak-pihak tertentu,
sangat minim hasilnya.
Bertitik
tolak pada definisi pemberdayaan,
yaitu suatu proses pembelajaran,
perubahan sikap dan tingkah laku, dan penyadaran masyarakat, sehingga
masyarakat tersebut dapat menentukan sikap mana yang terbaik untuknya, demi
meningkatkan kualitas hidup masyarakat tersebut. Dari definisi dapatlah kita
lihat bahwa pemberdayaan itu adalah suatu ‘proses, proses bagaimana kita dapat
memberikan contoh, merubah sikap dan penyadaran masyarakat itu bukanlah hal
yang mudah namun perlu waktu yang panjang.
Nah
belajar dari si Apak Tuo, janganlah kita membiarkan sekecil apapun peluang yang
ada di depan kita, karena sekecil apapun peluang sekian banyak yang akan
mengejarnya” itu yang selalu terngiang di telinggaku.“Raih peluang yang sudah
tersedia di sana tanpa harus dibekali dengan rasa sungkan, malu, atau ragu,
karena hidup terus berjalan dan persaingan semakin ketat. Siapa yang duluan itu
yang mendapatkan, tidak ada waktu lagi untuk malu, sungkan, ataupun takut
gagal.”Jadilah seperti orang jepang yang sukses. Rahasia sukses orang jepang
mereka memiliki keramahan, kejujuran dan harga diri. Ramah dengan senyuman untuk
sopan berinteraksi, jujur untuk tidak menganggu hak orang lain dan harga diri
dengan menghargai diri kita sendiri tanpa harus merendahkan martabat di depan
orang lain dengan meminta atau menerima yang bukan hak kita.
Penulis: Sri Sumardiyah (TAPM Kota Pariaman Sumatera Barat)
0 Komentar