Lantunan
adzan mulai berkumandang di subuh hari, ayam pun mulai berkokok pertanda
mengingatkan mulai pagi. Meskipun tanpa memiliki jam dinding di pastikan
matahari tidak akan lama mulai muncul. Sebagai seorang pendamping desa dan
tinggalnya di pedesaan kami sangat meyakini nasehat orang tua ketika ayam mulai
berkokok kami harus bergegas bangun jangan sampai duluan ayam yang turun,
rejeki akan di patok ayam. Begitulah nasehat orang tua kami sehingga tidak
heran kalau orang desa bangunnya selalu pagi meskipun tidak ada yang di kerjakan
di pagi hari.
Tepatnya,
tanggal 8 maret tahun 2020 matahari mulai muncul saya pun bersiap bergegas
menyiapkan perlengkapan untuk menuju Desa menghadiri undangan pemerintahan Desa
terkait musyawarah khusus penentuan penerima BLT Dana Desa tahun 2020.
Mengingat di tahun itu terjadi wabah yaitu virus corona sehingga pemerintah pusat
melalui Kementrian Desa mengeluarkan kebijakan penggunaan Dana Desa di
antaranya adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa Tahun 2020.
Sebagai
pengawal regulasi perlengkapan yang harus saya siapkan untuk menuju musyawarah
tentu yang paling utama adalah laptop, buku dan folpen dan pada saat itu adanya
virus corona tentu himbauan pemerintah adalah memakai masker sebagai syarat
untuk mengikuti musyawarah. Setiba di kantor Desa tepatnya di Desa Inulu
Kecamatan Mawasangka Timur, antusias masyarakat untuk mengikuti musyawarah
utamanya para lansia, janda-janda serta para tokoh masyarakat untuk menghadiri
undangan sosialisasi penentuan penerima BLT Dana Desa sangat antusias. Saya pun
sebagai pendamping Desa berkoordinasi dengan Pemdes agar masyarakat menerapkan
himbauan pemerintah memakai masker.
Sosialisasi
pun kami mulai lakukan tentu sesuai dengan regulasi yang ada kaitanya kriteria
penerima BLT Dana Desa. Dan pada saat sosialisasi itu pun di bentuknya tim
Covid-19 untuk mendata calon penerima manfaat BLT Dana Desa tahun 2020. Pasca
sosialisasi, tim covid-19 mulai mendata dari rumah ke rumah untuk memastikan
kondisi calon penerima BLT Dana Desa Tahun 2020 dari kondisi rumah,
penghasilan, penyakit menular serta item lainya sesuai dengan regulasi.
Setelah
adanya calon penerima BLT di tim pendata, saya pun berkoordinasi dengan
pemerintah Desa dan BPD untuk musyawarah kembali menetapkan calon penerima BLT
menjadi Penerima BLT Dana Desa Tahun 2020. Kebetulan, di Desa Inulu memiliki
lansia yang cukup banyak serta para janda. Di saat itu ada beberapa nama yang
masuk sebagai penerima BLT, karena di samping ada bantuan penerima BLT di
postur RKPDesa ada kegiatan pemberdayaan masyarakat. Saya pun berkoordinasi
denga Kepala Desa dan BPD.
Saya
bicara kepada Kepala Desa, “Pak Desa penerima BLT ini ada 120 kalau tercover
semua ada beberapa kegaiatan yang akan tidak di danai tahun ini”. Kemudian
Kepala Desa menanggapi, “itu dia pak pendamping, kalau tercover semua ada
kegiatan pemberdayaan yang akan tidak terdanai sementara itu menjadi kebutuhan
masyarakat. Di sisi lain pak pendamping calon penerima BLT ini layak
berdasarkan pendataan dan sesuai dengan kondisi, apalagi corona ini kita belum
bisa pergi jauh jangan sampai terkena corona”. ”Kita rapatkan saja dulu Pak
Desa kita sampaikan ke masyarakat harus ada kegaiatan yang kita korbankan untuk
tidak di danai di Dana Desa karena semua di gunakan untuk penggunaan BLT” jawab
saya.
Rapatpun
kita mulai, saya pun menjelaskan ke masyarakat dengan adanya Bantuan BLT Dana
Desa ada beberapa kegaiatan yang akan tidak terdanai di Dana Desa. Rapatpun
mulai hening di saat saya menjelaskan ada kegiatan pemberdayaan bantuan
pertuakangan itu tidak akan di danai Dana Desa dengan adanya BLT. Dalam
keheningan rapat ada beberpa masyarakat yang mengajukan tangan. “Pak pendamping
hapus mi namaku dari penerima BLT dana Desa berikan ke para janda-janda dan
lansia”. Dalam hati saya berguman hanya ada di negeri konoha ini yang
menolak bantuan ini apalagi besarannya cukup lumayan bisa untuk memenuhi
kebutukan dengan kondisi wabah virus corona ini.
Pasca
selesainya rapat saya berkunjung di rumah masyarakat yang menolak menerima
bantuan Dana Desa untuk memastikan kenapa sampai ia tolak. Saya bicara
kepadanya, “bosku, kenapa kita tolak bantuan BLT Dana Desa, kalau ada itu kan
minimal tidak, bisa beli gula bisa beli kopi, bisalah kita ngopi sambil
bercanda dan tersenyum”.Kebetulan di saat itu penerima BLT yang menolak Dana
Desa ini, lagi mengaduk semen kebetulan pekerjaanya serabutan siapa yang
panggil untuk kerja dia akan kerja.
Ia pun
menyahut pertanyaan saya untuk ngopi, “Pak pendamping begini biar tidak terima
bantuan tetaplah kita ngopi gampang kalau kita ngopi, kalau tidak ada gula ya
kopi saja, kalau hanya ada gula ya air gula saja kalau tidak ada dua duanya
yang air panas saja yang penting hangat kita punya perut”. Di kejauhan istrinya
menyahut sok-sok tidak terima bantuan padahal berdasarkan pendataan kita ini
layak menerima bantuan, dan saya sebagai pendamping layak dia menerima bantuan.
Sambil
mengaduk semen ia pun menambahkan, “begini pak Pendamping saya bukan tidak mau terima
bantuan tetapi suatu kesyukuran bagi saya ada bantuan seandainya ada uangku
saya akan kasih para janda ini apalagi sekarang ini ada bantuan, saya hanya
berdoa pak pendamping mudah-mudahan besok lusa saya bisa memberi kepada
masyarakat meskipun kasian pak pendamping kayaknya mustahil ya kita berdoa saja.
Lanjut ia sampaiakan, “mudah mudahan dengan saya menolak ini ada nilai kebaikan
dan pelajaran bagi masyarakat lain, jangan gontot-gontotan mau menerima
bantuan, kita harus mementingkan kepentingan bersama ketimbang kepentingan
individu”.
Saya
menatapnya dengan dia mengaduk semen yang kakinya berlumuran semen. Saya
melangkah menuju di kejauhan tidak terasa air mata mengalir, dan berguman dalam
hati, “Amiin ya allah mudah mudahan di ijabah oleh Allah SWT saudaraku
kebaikanmu”. Mungkin ia melihat saya agak menjauh ia pun meneriaki, “kenapa
kita menjauh pak Pendamping kita menangis ka?”. Saya pun menjawab, “tidak eee
masa saya mau menagis, sembarang kamu ini, kamu mau menerima bantuan atau tidak
saya juga tidak peduli hanya di masuki burung saya punya matae”. Padahal saya
hanya terharu masih ada orang berpikirnya rasional meskipun hanya seorang
tamatan Paket C.
Hari
berganti, tahun pun mulai berlalu Alhamdulillah bantuan BLT Dana Desa yang ada
di Desa Inulu Kecamatan Mawasangka timur tidak ada yang gontot-gontotan untuk
menerima bantuan. Tahun pun mulai berlalu, saya kurang mengerti jalan tuhan, di
tahun 2020 rumahnya masih rumah gubuk, di tahun 2022 rumahnya sudah rumah batu
meskipun belum terplester, pekerjaanya pun masih serabutan. Saya agak
terheran-heran kok bisa ya. Dalam hati saya bergumam biar juga yang kerja
serabutan ada banyak yang bangun rumah batu
Tepatnya
tahun 2022 ada penerimaan penyelenggara pemilu di tingkat Desa ia kembali
menelpon saya. Ia bilang, “saya mau mendaftar Panitia Pemungutan Suara (PPS)
bisa ka Paket C?”. Saya pun menjawabnya, “bisa to, kan setara itu Paket C
dengan SMA”. Ia pun mendaftar penyelenggara pemilu di tingkat Desa. Selesai
pendaftran ia kembali menelpon saya. “Pak pendamping ada 12 orang yang
mendaftar baru rata rata Sarjana”. Saya menimpali, “mendaftar saja cari
pengalaman dan yang penting kita belajar, siapa tau kita lulus karena hidup ini
ada yang atur, saya pun hanya memotivasi mengiangat sainganya cukup berat”.
Di luar
dugaan saya, ia lolos menjadi penyelenggara pemilu tingkat Desa mengeliminasi 9
orang sainganya yang rata-rata sarjana. Saya pun menelponyauntuk mengucapkan
selamat, “selamat saudaraku lolos eeee”. Ia menjawab, “alhamdulillah ee lolos
ee”. Dan ia pun terpilih sebagai ketua PPS di Desa Inulu. Yang bikin saya
geleng-geleng kepala adalah pekerjaan serabutan mengaduk semen sebagai
pekerjaanya ia lepaskan. Saya berkunjung di kediamannya ada usaha yang dibuat
yaitu percetakan paving block dan di angkat jadi sopir di kantor Kecamatan. Saya
kemudian menanyakan, “sudah lepas pekerjaan mengaduk-aduk semen eeee”. Ia
menjawab, “tidak juga hanya sibuk ee banyak pekerjaan belaaa”.
Saya
celetuk bercanda, “mungkin ini adalah buah dari sebuah keihklasan saudaraku
karena yang menghidupi kita bertahun tahun itu adalah mengaduk-aduk semen itu
sekarang kita lepaskan dan ada ada saja pekerjaan yang di tawarkan dan
alhamdulillah ada juga usaha”. Kemudian ia menjawab, “tidak lah hanya kebetulan
saja”. Dan alahamduillah setiap saya berkunjung, tidak pernah ia tidak
mensugukan saya secangkir kopi dan kopinya pun ada gulanya. “Saudaraku ada
terus kopi ee dan alhamdulillah lengkap ada kopi, ada gula meskipun tidak
menerima bantuan”, celetukku sambil bercanda.
Ia
menjawab “Pak pendamping Alhamdulillah pak pendamping kita jalani saja hidup
ini minimal tidak kita tidak menyusahkan orang dan Alhamdulillah pak pendamping
belum pernah saya terima bantuan, tapi ya belum pernah juga saya kasih bantuan
ke orang”. Saya hanya terdiam merenungi kerja, kerja, dan ikhlas adalah sebuah
kebaikan. Terlepas apakah buah dari sebuah keikhlasan tidak terima bantuan,
waallahu alam bihsawab, hanya Tuhan semesta Alam, Allah SWT yang tau ini hanya
sebuah persepsi penulis.
Penulis: Irwan Toona
0 Komentar