Si Putih Kuda Besi Pemberdayaan

 

“Beep beep beep beeepp….” bunyi alarm di HP membangunkan saya dari tidur lelap, jam di layar HP menunjukkan pukul 04.00 pagi, karena mata saya masih terasa berat, saya tertidur kembali. Tak seberapa lama alarm berbunyi lagi, kembali saya lihat layar HP ternyata sudah jam 05.00 pagi. Saya pun bangun dan beranjak dari kasur yang empuk, saya pandangi istri yang juga baru bangun. “Selamat pagi istriku…” saya sapa istri yang keliatan masih mengantuk karena tadi malam tidurnya terganggu mendengarkan diskusi saya dengan Kaur Keuangan salah satu desa dampingan, konsultasi tentang desa melalui telepon dari jam 11.00 malam hingga jam 00.00 pagi. Hal tersebut merupakan hal biasa dalam pendampingan desa.

“Terima kasih Allah karena kami berdua masih diberi kesempatan untuk menikmati kehidupan ini.” ucapan syukur terucap dalam hati. Saat saya buka semua jendela di rumah di pagi ini, udara yang masuk terasa sangat menyegarkan. Sambil memandangi persawahan di belakang rumah yang terhampar hijau nampak masih diselimuti embun pagi, sungguh sangat menambah kesejukan pagi ini. Dalam hati sambil berdoa “Semoga suatu saat bisa membeli sawah untuk persiapan apabila kontrak Pendamping Desa telah habis”, kalau sudah tidak menjadi Pendamping Desa lagi mungkin akan menyenangkan menjadi petani, daripada hanya berdiam diri saja di rumah. Adzan subuh mulai terdengar dengan syahdunya, bergegas saya mandi agar bisa segera sholat. Setelah sholat saya duduk dan menikmati teh hangat sambil memandangi istri saya yang sedang menyiapkan sarapan. Waktu Sudah menunjukkan pukul 05.45, saya mempersiapkan pakaian dan dokumen peraturan-peraturan yang mungkin diperlukan di desa dampingan. Tak terasa sudah pukul 06.00. Setelah makanan siap kami pun sarapan pagi bersama sambil mengobrol singkat. Menu yang sederhana tapi terasa istimewa karena dimasak oleh istri tercinta. Tepat jam 06.30 pagi saya pamit ke istri untuk berangkat kerja ditemani sepeda motor, yang saya beri julukan “Si Putih” motor Honda Verza keluaran tahun 2014. Si Putih yang selalu setia menemani saya selama 6 tahun menjadi Pendamping Desa.

Sambil memacu Si Putih dengan santai, saya berdoa dalam hati “Sengaja saya hari ini berangkat kerja untuk mencari nafkah halal buat keluarga saya karena Allah ta’ala”. Hari ini saya menghadiri undangan acara wisuda anak-anak PAUD Kenanga Desa Sungai Lurus. Sepanjang jalan menuju Desa Sungai Lurus di Kecamatan Sambung Makmur Kabupaten Banjar, saya teringat beberapa tahun yang lalu bagaimana perjuangan saya dan Kepala Desa dalam usaha membangun gedung PAUD di Desa Sungai Lurus.

Berawal dari Bursa Inovasi Desa, saya mendapat tugas untuk mempromosikan Kegiatan Inovasi Desa yang salah satunya adalah PAUD terintegrasi. Kebetulan Kepala Desa Sungai Lurus tertarik dan belanja Inovasi Desa tentang PAUD terintegrasi tadi. Untuk mewujudkan pelaksanaan belanja Inovasi Desa tentang PAUD terintegrasi maka dimulailah dengan pencermatan ulang RPJMdesa. Setelah dicermati ternyata ada pembangunan Gedung PAUD didalamnya dan selanjutnya memasukkan usulan tersebut dalam RKPDesa. Disaat musyawarah perencanaan desa penyusunan RKPdesa, pembangunan Gedung PAUD ditentang keras olah warga masyarakat yang masih memprioritaskan dana desa untuk pembangunan infrastruktur jalan saja yang dibangun.

Perlahan saya coba menjelaskan dan membuka sudut pandang dari sisi lain tentang pembangunan desa yang tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik jalan saja namun juga pembangunan sumber daya manusia. Bagaimana kita mempersiapkan generasi-generasi unggul dari desa untuk nantinya bisa bersaing dimasa depan dan yang akan meneruskan roda-roda pembangunan serta kepemimpinan baik di desa maupun di Indonesia. Selain itu harapan saya agar gedung PAUD nantinya dalam penggunaannya bisa besinergi dan berintegrasi dengan stakeholder yang ada.

Sehingga selain dibidang pendidikan formal, agama dan kesehatan, tapi juga bisa dibidang ekonomi. Dan apabila desa membangun PAUD di desa maka PAUD tersebut menjadi milik desa bukan milik Kepala Desa, sehingga desa bisa leluasa mengatur bagaimana operasional dan pengembangannya melalui perencanaan desa di Musyawarah Desa. Kepala Desa juga membantu menjelaskan dari sudut pandang agama karena kebetulan latar belakang beliau adalah seorang Ustadz. Beliau menjelaskan tentang keutamaan pendidikan dari usia dini. Setelah perdebatan yang sengit, akhirnya disepakatilah rencana pembangunan gedung PAUD yang akan dibangun di atas tanah yang dihibahkan warga ke desa “Alhamdullillah”.

Tak terasa sebentar lagi saya sampai ke Desa Sungai Lurus, setelah melewati tanjakan Gunung Manduh yang dulu masih tanah merah, selain itu jalan tanjakannya tinggi dan licin, kalau hujan turun jalannya bisa jadi bubur. Teringat kembali saat–saat saya pertama kali tugas pendampingan di Desa Sungai Lurus, saya sering jatuh bangun bersama Si Putih kalau lagi musim hujan. Saya pernah kecapean dan hanya bisa tertawa bersama Si Putih yang terjatuh berkali-kali sampai tidak bisa lagi bangun karena tidak kuat mengangkat Si Putih, dimana jalanan sepi tidak ada yang lewat dan hujan sangat deras, jas hujan robek, baju serta celana berlumuran lumpur tanah merah, badan basah kuyup oleh keringat dan air hujan, tas yang berisi dokumen dan laptop pun jadi korban. Kurang lebih 1 jam saya duduk sambil mengumpulkan tenaga, kemudian mencoba kembali membangunkan Si Putih. Satu dua kali gagal karena licin, hampir putus asa sedangkan hujan semakin deras, setelah sejenak mengatur nafas dan mengumpulkan tenaga yang tersisa, saya coba angkat Si Putih untuk yang ketiga kalinya dan berhasil dengan mudahnya.

Terima kasih Allah hujan deras yang membasahi tubuh seperti memberikan kekuatan sehingga dapat dengan mudah mengangkat Si Putih dari kubangan lumpur tanah merah. Tak lepas rasa syukur terucap dalam hati, “Benar bahwa Allah lebih tahu apa yang kita perlukan, bukan apa yang kita inginkan”. Setelah membersihkan ban Si Putih dari tanah merah yang menempel memenuhi ban dan spakbor depan agar bisa jalan di jalan yang seperti bubur dan licin, saya tuntun dulu Si Putih sampai ke tanah merah yang agak keras dengan tenaga yang masih tersisa. Saya coba nyalakan Si Putih syukur bisa hidup dan bisa pulang ke rumah dengan selamat. Sambil tersenyum saya mengingat kenangan tersebut, karena saat ini jalan menuju Desa Sungai Lurus khususnya di tanjakan gunung manduh sudah lebih baik karena sudah diperkeras, sehingga walaupun hujan sudah aman, tidak ada kubangan lumpur lagi.

Sampailah saya di PAUD Kenanga Desa Sungai Lurus. Bahagia sekali rasanya melihat anak-anak yang gembira dan bersuka cita. Ketika prosesi acara wisuda anak-anak PAUD, saat saya bersalaman dengan semua anak-anak yang diwisuda, mereka mengucapkan “Terima Kasih Bapak”. Entah mengapa mata mulai kabur dan tidak terasa air mata bahagia menyelimuti kelopak mata saya. Hari itu kegiatan ditutup dengan kebahagiaan dan keceriaan anak-anak PAUD. Sambil mengusap kepala anak-anak yang diwisuda saat bersalaman teriring doa dalam hati “Semoga kalian semua menjadi generasi-generasi tangguh, hebat dan menjadi kebanggaan bagi Orang Tua, Desa, Agama dan Negara tercinta Indonesia”.

Disaat acara wisuda tersebut terjadi perbincangan dengan Kepala Desa, beliau menyampaikan unek-unek beliau bagaimana agar PAUD ini bisa lebih diminati sehingga muridnya bertambah banyak, tidak hanya dari Desa Sungai Lurus tapi juga dari desa lain. Dan juga bagaimana Gedung PAUD tersebut dapat lebih bermanfaat. Saya pun menyampaikan bagaimana menjadikan PAUD ini sebagai tempat yang terintegrasi dengan kegiatan lainnya dan bisa menambah pengetahuan dan keterampilan baik anak didik maupun orang tuanya yang menunggu anaknya sekolah di PAUD. Kepala Desa Sambil mengangguk-anggukkan kepala beliau sepertinya memikirkan sesuatu dan Kepala Desa berkata “Baiklah bagaimana kalau setelah acara wisuda ini selesai kita diskusi bersama dengan Perangkat Desa di Kantor Desa”.

Acara wisuda telah selesai dan kami bergegas pergi ke Kantor Desa untuk membahas tentang kegiatan untuk pengembangan PAUD. Sesampainya di Kantor Desa tidak hanya ada Kepala Desa dan Perangkat Desa tapi juga ada Kader PKK Desa Sungai Lurus yang akan ikut berdiskusi. Kami pun langsung memulai pembicaraan. Kepala Desa dan para Perangkat Desa sangat antusias dalam pengembangan PAUD dan mereka juga meminta masukkan dari saya tentang hal tersebut. Saya berpikir sejenak dan akhirnya saya pun menemukan ide. Saya ingat setiap mengunjungi PAUD saya sering melihat ibu-ibu dari anak-anak yang belajar di PAUD biasanya asik berbincang- bincang di teras PAUD sambil menunggu anak-anak mereka selesai belajar. Dan saya juga sering melihat di halaman PAUD banyak sampah kemasan sachet minuman dan gelas bekas minuman. Sehingga halaman keliatan kotor dan itu tentu saja tidak enak dipandang mata.

Saya memberi masukkan bagaimana kalau sampah-sampah tersebut dikumpulkan, kemudian dibuat dan dioalah menjadi sebuah barang atau kerajinan, sehingga dapat dipakai untuk keperluan sehari-hari bahkan bisa dijual untuk membantu menambah penghasilan keluarga. Tiba-tiba ibu Kader PKK berkata “Pak, PKK Desa Sungai Lurus pernah juara pembuatan tas dari sampah plastik”. Saya langsung menjawab “Iya bu itu bisa kita jadikan salah satu alternatif”. Saya bertanya kepada kader PKK tersebut “Selain diolah menjadi tas, kira-kira apa lagi bu?”. “Banyak pak, antara lain tempat tisu, tatakan buah dan banyak lagi yang lainnya” jawab ibu Kader.

Saya bertanya kepada semua orang yang ada dalam diskusi ini apakah bisa ide tersebut dicoba. Setelah semuanya setuju, kemudian kami lihat di APBDESA memang ada rencana kegiatan peningkatan kapasitas Kader atau masyarakat desa. Akhirnya setelah bersepakat kami akan berencana membuat acara Pelatihan Kerajinan Tangan dari Barang Bekas Kemasan Sachet Minuman dan Gelas Bekas Minuman, dengan Tema “Dari Sampah Menjadi Rupiah, Anak Pintar Ibunya Cerdas”. Dengan target peserta adalah ibu-ibu yang menunggu anaknya sekolah di PAUD dan warga sekitarnya, dan tentu saja semua guru PAUD pun akan dilibatkan. Pelatihan ini bertujuan agar ibu atau orang tua yang menunggu anaknya mempunyai kegiatan yang bermanfaat daripada hanya sekedar duduk dan mengobrol, sehingga bisa menambah keterampilan dan apabila ditekuni bisa menjadi pundi-pundi rupiah serta membantu menambah ekonomi keluarga. Acara tersebut nantinya akan mehadirkan narasumber atau pelatih. Narasumber atau pelatihnya adalah dari Kader PKK Desa Sungai Lurus sendiri. Dengan adanya kegiatan seperti ini akan membuat banyak orang tua tertarik anaknya sekolah di PAUD Kenanga Desa Sungai lurus. Dan akan berkelanjutan dengan pelatihan-pelatihan lainnya.

Pelatihan ini juga menyelesaikan 2 masalah, yang pertama sampah kemasan sachet minuman dan gelas bekas minuman yang banyak berserakan di halaman sekitar PAUD akan dikumpulkan, sehingga halaman PAUD akan nampak bersih dan rapi. Yang kedua ibu-ibu yang menunggu anak- anaknya belajar di PAUD mempunyai kegiatan yang bermanfaat untuk mengisi waktu sambil menunggu anak-anaknya serta bisa menjadi pundi-pundi rupiah dan membantu menambah penghasilan keluarga apabila ditekuni, dikemas dengan baik dan menarik. Hal ini juga merupakan harapan dari Kementrian Desa yaitu aksi membangun Indonesia dari desa, yang dibangun tidak hanya infrastruktur namun juga sumberdaya manusianya.

 Dengan sumberdaya manusia yang lebih baik maka dapat membuka pola pikir masyarakat desa untuk membangun desa bersama-sama dan swadaya masyarakat dalam pembangunan desa. Karena dengan sumberdaya manusianya yang lebih baik maka akan melahirkan wirausaha-wirausaha handal dan tangguh di desa, membuat penghasilan dan perekonomian keluarga lebih meningkat. Sehingga kemiskinan ekstrem di desa berkurang bahkan tidak ada dan desa dapat memenuhi pencapaian SDGs didesa.

Dengan adanya kesadaran masyarakat membangun desa bersama-sama dan swadaya masyarakat dalam pembangunan desa, maka apa yang dibangun oleh desa akan saling dijaga dan dipelihara karena ada rasa memiliki. Selain itu kesejahteraan Kepala Desa, Perangkat Desa, BPD, para Kader Desa maupun warga desa bisa lebih baik lagi. Dengan adanya PAD (Pendapatan Asli Desa) dari BUMDesa, desa mampu membangun dengan kemampuannya sendiri dan bisa memberikan pendapatan dari pajak bagi negara dengan berbagai usaha yang ada di desa baik dari BUMDesa maupun usaha warga desa, membuka seluas-luasnya lapangan pekerjaan baik untuk warga desa maupun sekitarnya. Desa pun menjadi pondasi yang kokoh dalam menyangga perekonomian Indonesia dan menjadi lumbung pangan bagi Indonesia maupun dunia.

Diskusi hari ini selesai, jam menunjukkan jam 16.30 sore, saya pun pamit pulang ke rumah dengan perasaan puas dan bangga karena desa yang berencana melaksanakan kegiatan Pelatihan Kerajinan Tangan Dari Barang Bekas Kemasan Sachet Minuman Dan Gelas Bekas Minuman. Inilah obat dari lelah dan letihnya dalam pendampingan desa, disaat Desa yang saya dampingi menjadi lebih baik lagi, serta mulai tumbuhnya geliat keterlibatan dan peran serta perempuan dalam pembangunan desa. Saat saya pertama bertugas status desa Sungai Lurus yang awalnya desa sangat tertinggal dan saat ini status desa Sungai Lurus menjadi maju. Bukan suatu hal yang mudah, banyak konflik dan masalah yang mewarnai, tapi pelan-pelan bisa kami atasi bersama. Kalau kata Dilan “Rindu itu berat”, kalau menurut saya “Menjadi pendamping desa itu berat, yang lain minggir, biar kami saja”.

Bersama Si Putih saya pulang sambil menikmati lembutnya terpaan angin dan indahnya matahari menuju senja, diantara arus lalu lintas yang padat merayap, di antara truk besar dan bis antar provinsi. Setelah hampir 2 jam akhirnya saya pun sampai di rumah. Istri tercinta menyambut dengan senyuman manisnya dan secangkir teh hangat yang menghilangkan rasa lelah hari ini. Sekarang jam 18.30 sore menjelang malam saya tutup jendela rumah yang memperlihatkan matahari senja diantara hamparan sawah menghijau yang mulai kembali keperaduannya, untuk menyongsong esok hari yang lebih baik lagi.



Penulis: Robby Suprapto, S.T.

Posting Komentar

0 Komentar