Oleh: Zikrulloh
Suatu
Hari di Wilayah Lampung, Kabupaten Tulang Bawang Barat tepatnya di Tiyuh Gunung
Terang hiduplah seorang bujang tua yang bernama Gili-Gili, ia merupakan salah
satu Mpu yang berasal dari Marga Sungkai Bunga Mayang (Semengok Baradatu /
Barasakti) yang tinggal dan menetap di Tiyuh Gunung Terang, ia memiliki hobi
tiap harinya memelihara Ayam Pikat (Ayam Hutan).
Pada
keesokan harinya Gili-Gili pergi ke hutan untuk memikat ayam hutan, tak
berselang lama ia berada di hutan, Gili-Gili pun mendapatkan ayam hutan yang ia
inginkan. Saat matahari mulai terbenam Gili-Gili bergegas pulang kerumahnya
dengan membawa seekor ayam hutan yang ia dapatkan, sesampainya dirumah Gili-Gili
mengikat ayam tersebut dihalaman rumahnya, namun setiap kali ayam tersebut
diikat, ayam tersebut selalu lepas dari ikatannya dan berlari menuju suatu
tempat tidak jauh dari halaman rumahnya dan mencakar-cakar tanah ditempat
tersebut hingga membentuk lubang yang lumayan dalam.
Hal
tersebut membuat Gili-Gili merasa penasaran, dan ia pun langsung mengambil
tembilang kayu dan menggali tanah yang telah dicakar oleh ayam hutan tersebut,
ditengah Gili-Gili sedang menggali tanah tersebut ia bergumam “Dasar ayam aneh
sudah berkali-kali diikat masih saja bisa lepas, ada apa ya didalam tanah yang
dicakar-cakar ayam ini”. Sambil ia terus menggali lubang tersebut hingga
tembilangnya mengenai suatu benda yang terasa keras, Gili-Gili pun semakin
penasaran dengan benda keras tersebut dan Gili-Gili berusaha mengangkat benda
tersebut yang ternyata sebuah Gong dan Ketika sempurna diangkat Gong tersebut
kepermukaan tanah terlihat didalam lubang tersebut ada seorang Putri yang
sedang bersemedi, hal itu membuat Putri tersebut terkejut karena tempat
semedinya terbuka oleh si Gili-Gili.
Sementara
itu Gili-Gili terus berusaha mengangkat Putri yang mengenakan pakaian bersayap
dan Mustika bawaan dari Putri berupa Kenong, Rujeh, Talam Ayaan, Kodok Emas,
dari tempat semedinya sehingga sampai kepermukaan tanah, sangking cepatnya
proses pengangkatan tersebut Gili-Gili tak sengaja meninggalkan salah satu Gong
lagi tempat duduk bersemedi Putri tersebut, mengetahui bahwa Gong tempat duduk
Putri tertinggal di lubang tersebut, Putri meminta Gili-Gili untuk mengambil
Gong tersebut, tapi belum sempat diambil oleh Gili-Gili Gong tempat duduk tersebut
menghilang dan lubang tersebut sudah tertutup.
Gili-Gili
pun berkata kepada Putri,
Gili-Gili : “Siapakah Namamu wahai Putri?”
Putri :
“Namaku Putri Layung Emas”. Dan namamu siapa?”
Gili-Gili : “Namaku Gili-Gili, Putri maukah kau
ikut denganku ke rumah?”
Putri :
“Tidak Gili-Gili, aku belum mengenalmu, nanti apa kata istrimu atau orang
tuamu”(perkataan Putri sontak membuat Gili-Gili pun tersenyum)
Gili-Gili : “Wahai Putri aku sampai saat ini belum
menikah dan hanya tinggal seorang diri dirumahku”
Putri :
“Apakah yang kau ucapkan itu bisa ku percaya wahai Gili-Gili?”
Gili-Gili : “Tentu dapat dipercaya, untuk
membuktikan perkataanku nanti kau akan kuajak ke pedukuhan/padepokan untuk
bertemu dengan para tokoh dan warga Tiyuh Gunung Terang
Putri :
“Baik kalau begitu aku bersedia ikut denganmu”
Mereka
berdua bergegas pulang dengan membawa Mustika bawaan berupa Kenong, Rujeh,
Talam Ayaan, Kodok Emas, pakaian bersayap yang Putri kenakan dan Gong penutup
kepala Putri Layung Emas.
Sesampainya
dirumah Gili-Gili menyampaikan kepada Putri Layung Emas keinginannya untuk
menikahi Putri Layung Emas, mendengar perkataan Gili-Gili, Putri merasa
terkejut dan ia pun bergumam (“apakah laki-laki ini dapat kupercaya dan
bersikap lembut terhadapku”), lalu putri menyampaikan kepada Gili-Gili bahwa
sesuai dengan janji yang Gili-Gili sampaikan sebelum Putri Layung Emas ikut
kerumah Gili-Gili untuk dilaksanakan pertemuan di Pedukuhan/Padepokan, sebelum
putri menjawab keinginan Gili-Gili tersebut.
Keesokan
harinya Gili-Gili membawa Putri Layung Emas ke Pedukuhan/Padepokan untuk
dihadapkan dengan Para Tokoh, yaitu Tuan Riyou Terbumei, Minak Pati Seriyou
Terbumei, Minak Riyou Bumei, dan Minak Riyou Galih serta seluruh penduduk
Kampung Gunung Terang, dalam pertemuan tersebut Gili-Gili menyampaikan kepada
Para Tokoh dan disaksikan seluruh penduduk Kampung bahwa Gili-Gili ingin
menikahi Putri Layung Emas. Menanggapi keinginan dari Gili-Gili, para tokoh
menanyakan kesediaan Putri Layung Emas untuk dinikahi oleh Gili-Gili, lalu
Putri Layung Emas menyampaikan 3 syarat kepada Gili-Gili sebagai syarat untuk
menikahi Putri, syarat pertama Putri Layung Emas tidak bisa dimarahi, kedua
tidak bisa dihina, dan ketiga apalagi disebut seseorang yang tidak jelas
asalnya (dapat nemu). Gili-Gili pun menyetujui persyaratan yang diajukan oleh
Putri Layung Emas, dan hari itu terjadilah Pernikahan antara Gili-Gili dan
Putri Layung Emas.
Beberapa
tahun kemudian Gili-Gili dan Putri Layung Emas dikaruniai keturunan, suatu hari
Putri Layung Emas mencuci beras disungai dan sementara waktu meninggalkan
anaknya yang masil balita di dalam ayunan kemudian anak tersebut menangis dan
Gili-Gili yang sedang berada dirumah mendengar tangisan anaknya yang tidak
henti hentinya, sehingga Gili-Gili ini merasa sangat kesal tak selang beberapa
lama Putri Layung Emas sampai dirumah seusai mencuci beras disungai lalu Gili-Gili
menghampiri Putri Layung Emas sambil berkata “ Dasar kamu ini tidak becus,
Dasar kamu memang tidak jelas asalnya (dapat nemu)” mendengar perkataan Gili-Gili
tersebut sang Putri langsung bersedih dan bergumam “Tega Kamu Gili-Gili, Kamu
sudah melanggar perjanjian/syarat yang sudah disepakati ”.
Kemudian
Putri Layung Emas bergegas mencari pakaiannya yang bersayap, setelah ditemukan
lalu ia memakainya dan terbang setinggi pucuk kelapa sambil ia berkata kepada
Gili-Gili “jika ada anak keturunanku apabila dia Perempuan dan lebih cantik
dariku maka tidak akan panjang umurnya dan apabila dia Laki-Laki dan lebih
tampan dari suamiku (Gili-Gili) maka tidak panjang umurnya”, setelah Gili-Gili
mendengar ucapan Putri Layung Emas, Gili-Gili dengan perasaan sangat menyesal
dan memohon maaf, mohon ampun kepada sang Putri agar dimaafkan dan kembali
hidup dengannya, namun sang putri tidak dapat memaafkannya, lalu sang putri
terbang dan menghilang.
0 Komentar