Berkah Dibalik Musibah Gunung Terang

Oleh: Nuril Iman



Bulir-bulir air dengan berirama membasahi meja di ruang tamu yang begitu sempit itu. Ada wadah air semacam mangkok berukuran sedang, sengaja ditadahkan agar tidak membasahi meja itu, akan tetapi karena hujan di luar sana begitu deras, angin yang mendayu-dayu seolah tak mau berhenti, menjadikan air yang jatuh dari atap genteng tua itu, juga semakin menari kian kemari di permukaan meja. Sedangkan lampu minyak yang hanya satu-satunya di ruang tamu, juga mengikuti alunan air yang mengalun dihembuskan angina dari luar yang masuk menyelinap di balik dinding papan, seolah mereka ikut menghibur keluarga Pak Burhan, yang sedang berkumpul di bilik tak jauh dengan sudut ruang tamu sekaligus peraduan keluarga mereka.

Malam itu, permukaan bumi Tiyuh Mulyo Jadi Kecamatan Gunung Terang mendapatkan mimpi indahnya, sudah dua malam mini diguyur hujan dengan derasnya, setelah lebih dari enam bulan diterpa kemarau panjang. Ada yang mengatakan gelombang El Nino mencapai puncaknya di akhir September, tetapi baru berapa hari memasuki bulan September, hujan sudah begitu deras membasahi bumi yang sudah kerontang ini.

Malam ini, adalah kali kedua hujan mengguyur dengan derasnya. Semua penduduk Tiyuh Mulyo Jadi tidak ada yang beraktifitas lagi, jangankan hanya sekedar jalan-jalan, pak Bejo yang biasanya berteriak dengan khasnya menjajakan dagangan bakso keliling, juga tak terdengan suaranya. Semuanya menikmati hujan di rumah masing-masing, tak terkecuali keluarga pak Burhan.

Keluarga Pak Burhan merupakan salah satu warga Tiyuh Mulyo Jadi Kecamatan Gunung Terang, tiyuh sebutan desa di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Keluarga Pak Burhan dan kelima anggota keluarganya merupakan keluarga miskin, akan tetapi belum tersentuh satupun bantuan dari pemerintah. Program Keluarga Harapan (PKH), bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) juga belum pernah mampir di keluarga mereka. Pak Burhan yang sehari-harinya menjadi kuli pasar dengan penghasilan 25-35ribu per hari, sedangkan istrinya bu Narti kerja serabutan sebagai buruh cuci pakaian bagi tetangga yang membutuhkan tenaganya.

Selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, juga untuk membiayai ketiga anak mereka yang sudah sekolah semua. Lanjar adalah anak sulung pak Burhan, sudah duduk di bangku kelas X SMK swasta di tiyuhnya, sedangkan Nurma sudah kelas 6 SD yang berjarak tak jauh dari rumahnya. Sedangkan si bungsu, Yopi masih duduk di TK Nol Besar, tahun depan juga sudah harus masuk SD, karena tahun ini adalah tahun dispensasi dari TK karena seharusnya ia diluluskan tahun kemarin. “maaf bu Narti, kami sudah melakukan rapat Dewan Guru dan salah satu hasil keputusannya ialah Yopi diperbolehkan tahun ini masih duduk di bangku TK Insani, tetapi hanya untuk tahun ini ya bu, karena tahun depan Yopi sudah harus naik ke SD bu” ujar Bu Sulisyani, wali kelas TK Insani Nol Besar. Bu Narti yang sadar betul bahwa akan menambah beban biaya tahun depan sekolah di SD, hanya mengangguk dan tersenyum masam, antara malu atau harus berterimakasih.

Dalam perjalanan bu Narti juga masih teringat keinginan putri keduanya, Putri tak ingin sekolah lagi, dia ingin bekerja membantu ibunya, padahal jauh di lubuk hatinya, dia dan suaminya akan berusaha menyekolahkan anak-anak mereka agar nasip mereka lebih baik dari kedua orang tuanya. Sedangkan Lanjar, sudah berulangkali menyampaikan bahwa daftar ulang di sekolahnya, sudah ditanyakan oleh Staf Keuangan sekolah. Tetapi bapaknya juga berulangkali menjawab, “sabar ya nduk, bapak masih berusaha mengumpulkan uang buat biaya sekolahmu” ucap pak Burhan, sambal mengelap peluh keringat dengan handuk kecilnya yang dekil dan menjadi andalan untuk alas pundaknya memanggul barang dagangan di pasar.

Sebagai perpanjangan Pemerintah, pihak Aparatur Tiyuh juga sudah berulangkali dalam upaya membantu untuk mendaftarkan keluarga pak Burhan mendapatkan bantuan dari Pemerintah Pusat, namun masih belum berhasil, sedangkan bantuan dari Pemerintah daerah seperti Program Mantra belum mencukupi kuota angka kemiskinan di tiyuh tersebut.

Waktu berjalan dengan segala warna kehidupan, termasuk kehidupan keluarga Pak Burhan tak patah semangat untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Mereka diajarkan bukan untuk menyerah dengan keadaan, menyalahkan pemerintahan atau bahkan menyalahkan Tuhan. Tekun dalam bekerja, istiqomah dalam ibadah adalam warisan turun temurun dari keluarga pak Burhan walau hidup di bawah kemiskinan.

Pertengan tahun 2020, Indonesia diguncang bencana covid-19 yang juga sudah mendunia. Pemerintah melalui Program dan Peraturan untuk mengurangi angka korban dari musibah covid-19. Segala bentuk bantuan, pencegahan dan penanggulangan, semaksimal mungkin dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi warganya, aturan memakai masker, menyemprot lingkungan dengan disinfektan, menjaga jarak, bekerja di dalam rumah (WFH) bahkan tidak berkunjungan ke fasilitas ibadah juga diterapkan, guna mengurangi dampak covid-19.

Tak terkecuali bencana covid-19 yang melanda Tiyuh Mulyo Jadi, segala bentuk upaya dilakukan oleh Pemerintah Tiyuh dalam melakukan Penanganan dan Pencegahan wabah covid-19. Dengan sigap, sesuai dengan intruksi Bupati melalui Camat, Pemerintah Tiyuh Mulyo Jadi segera membentuk Tim Satgas covid-19 dengan tugas yang telah disosialisasikan oleh Pemerintah Kabupaten melalui Kecamatan.

Sebelum Indonesia mengalami pandemi corona virus disease 2019 (covid-19), penggunaan Dana Desa Tahun 2020 difokuskan pada pelaksanaan program dan kegiatan di bidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat. Hal itu sesuai Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Permendes PDT) Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020.

Setelah terjadi pandemi covid-19, terjadi perubahan prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020. Hal ini diawali dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang (PERPPU) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk penanganan pandemi covid-19. Perpu tersebut guna menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan. Lahirnya perpu. Ini merupakan upaya pemerintah untuk melakukan penyelamatan kesehatan dan perekenomian nasional. Fokusnya untuk belanja kesehatan, jaring pengaman sosial, serta pemulihan perekenomian termasuk untuk dunia usaha dan masyarakat yang terdampak.

Tindak lanjut Perppu tersebut, terbentuklah Permendes Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Permendes Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020. Disebutkan, Dana Desa digunakan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat desa yang dalam pengadaan, pembangunan, pengembangan, serta pemeliharaan sarana dan prasarana lingkungan alam harus juga mempertimbangkan kesiapsiagaan dan penanganan bencana alam dan non alam.

Penggunaan Dana Desa untuk melawan pandemi covid-19 dilakukan dengan membentuk Relawan Desa Lawan covid-19. Relawan ini bertugas melakukan edukasi pengenalan covid- 19 dan mendata penduduk yang rentan sakit. Selain itu, relawan juga mengidentifikasi fasilitas desa yang dapat dijadikan ruang isolasi, penyemprotan disinfektan, penyediaan alat kesehatan untuk deteksi dini, memantau pergerakan masyarakat, mendirikan pos jaga serta memastikan tidak ada kegiatan warga berkumpul dan/ atau kerumunan banyak orang.

Hal yang tidak kalah penting dalam mengantisipasi dampak covid-19 adalah penggunaan Dana Desa untuk pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa (DD). Sasaran BLT DD ini adalah keluarga miskin non Penerima Keluarga Harapan (PKH) atau Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang kehilangan mata pencaharian. Selain itu, penerima belum terdata sebelumnya dan mempunyai anggota keluarga yang rentan sakit menahun atau kronis. Adapun besaran BLT DD yang diberikan sebesar Rp 600 ribu per KPM per bulan selama 3 bulan.

Untuk mengakomodir penyaluran BLT DD menghadapi covid-19, Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 40/PMK.07/2020 tentang Perubahan atas PMK Nomor 205/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana Desa. Salah satu ketentuan yang diatur adalah adanya peraturan Kepala Tiyuh mengenai penetapan Keluarga Penerima Manfaat BLT DD. Oleh karenanya desa wajib untuk menganggarkan BLT Dana Desa pada APBTiyuh maksimal sebesar 35 persen dari Dana Desa yang diterima. Bila melebihi dari 35 persen maka harus ada persetujuan dari pemerintah kabupaten.

Tak terkecuali keluarga Pak Burhan, melalui RT setempat pak Burhan didata untuk menjadi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa dengan kategori keluarga miskin non Penerima Keluarga Harapan (PKH) atau Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan juga yang kehilangan mata pencaharian. Sebab dengan adanya covid pak Burhan semakin kesulitan dalam mendapatkan nafkah untuk keluarga.

Di Gedung Olah Raga (GOR) Tiyuh Mulyo Jadi, beberapa orang berdiri di depan dengan jarak kurang lebih 1 meter, ada pak Burhan di barisan yang berjumlah 8 orang tersebut. Pembagian Bantuan Langsung Tunai secara simbolis harus menerapkan protocol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak. Secara bergantian, bapak Dahyi Adijaya selaku Camat Gunung Terang dan bapak I Gusti Putu Raka selaku Kepalo Tiyuh memberikan Bantuan Langsung Tunai kepada warga yang ditetapkan oleh Kepalo Tiyuh (Kepala Desa) sebagai Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Langsung Tunai Dana Desa.

Dengan gemetar, pak Burhan menerima amplop berisi uang bantuan itu, hatinya tak menentu, lidahnya kelu, ada wajah anak-anaknya yang polos menerima keadaan ketidakmampuannya dan istrinya yang selalu memberinya semangat untuk memperjuangkan perahu kehidupan keluarga. “ Pak Burhan, ini uang bantuan untuk membantu kebutuhan keluarga bapak, jumlahnya Rp 600ribu selama 3 bulan, jadi jumlahnya 1,8 Juta, mohon dipergunakan dengan sebaik-baiknya ya pak” pesan seorang laki-laki dengan menggunakan masker yang tidak ia kenal, dengan seragam bertuliskan Pendamping Desa di dada kanannya. Pak Burhan hanya mengangguk sambil menerima amplop bersisi sejumlah uang yang disebutkan tadi, antara percaya dan tidak, musibah ini menjadi berkah bagi keluarganya. Bukan karena mengharap adanya musibah, bukan karena mengharap dikasihani, tapi di kala beban kebutuhan hidup keluarganya semakin menumpuk. Allah mengulurkan tangan-Nya melalui tangan-tangan makhluk-Nya. Allah menjawab dengan tunai apa yang dipanjatkan dalam setiap sujud tahajudnya. Tak terasa mata pak Burhan berkaca-kaca. Tak mampu ia menggambarkan suasana hatinya, tak kuasa ia mengatakan yang dia rasakan. Sungguh benar bahwa kuasa dan cara Tuhan memberikan pertolongan hamba-Nya, yang mustahil menjadi sangat mudah bagi- Nya jika Ia berkehendak. Semakin ia yakin, bahwa Allah selalu mendengar doa-doa yang dipanjatkan dengan khusuk, dengan tawadhu’.

Posting Komentar

0 Komentar