PENULIS : Habiburrahman El Shirazy
CETAKAN : IV/2015
TEBAL : vi + 690
ISBN : 978-602-0822-15-0
Novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini adalah novel cinta dan perjuangan. Sebuah tulisan yang mengisahkan kesetiaan cinta dan perjuangan dakwah menyebarkan ajaran Islam yang penuh kasih, bukan kekerasan dan senjata. Kesetiaan cinta tokoh Fahri benar-benar diuji setelah hilangnya istri tercinta, Aisha. Sekaligus perjuangan dakwah yang penuh tantangan di tengah-tengah masyarakat non-Muslim.
Dalam perjalanannya Fahri, alumnus Universitas Al-Azhar Kairo melanjutkan studinya di Jerman. Kemudian sempat berlabuh di Pakistan dan akhirnya singgah di Britania Raya. Perjalanan kisah cintanya begitu indah di Jerman, sampai akhirnya Aisha ingin menulis novel tentang kehidupan anak di Palestina yang mengharuskannya melakukan riset lapangan dengan pergi ke Palestina, negeri yang tak henti-hentinya dirundung konflik, bersama temannya. Ingin rasanya Fahri menemani kepergian Aisha, tapi dia memilih untuk mengikuti ujian doktoralnya. Keputusannya itu harus dibayar dengan penyesalan karena Aisha tak lagi memberikan kabar, ditambah dengan ditemukannya mayat teman Aisha yang menemaninya ke Palestina. Keindahan kisah cintanya seakan runtuh dan berganti dengan rasa cemas dan khawatir. Hari-harinya hanya diisi dengan harapan dan usaha menemukan Aisha.
Perjuangan Fahri semakin kompleks di daratan Britania Raya. Harapan bertemu Aisha tetap bersemi dalam hatinya. Perjuangan menyebarkan Islam tak kalah menantangnya di negeri gereja ini. Fahri selalu berusaha menyampaikan Islam dengan kebaikan akhlak dan kelembutan kasih sayang. Kebaikannya tidak serta merta mulus. Keislamannya diuji dengan adanya berita negatif yang dikabarkan oleh media Inggris terhadap pengemis buruk rupa berjilbab, Sabina, di sekitar masjid. Setelah bermusyawaah dengan komunitas muslim, Fahri berinisiatif untuk merawat pengemis tersebut demi menjaga citra Muslim.
Fahri merawat Sabina dengan baik. Selama dalam perlindungan Fahri, Sabina mengalami berbagai peristiwa pelik. Mulai dari tawaran menikah dari Paman Halusi, sopir Fahri, hingga kecelakan kecil yang mengharuskan Sabina dirawat di rumah sakit. Sabina juga pernah berusaha kabur karena tidak enak hati merepotkan Fahri.
Kesabaran Fahri benar-benar di uji sebagai warga Muslim minoritas. Fahri mendapat tantangan dari tetangganya sendiri yang sangat membenci Islam. Teror tidak henti-hentinya diterima Fahri, coretan yang menganggap Muslim itu monster, teroris, setan, hampir setiap hari dia temukan di kaca mobilnya. Sampai akhirnya dia mengetahui bahwa yang menerornya adalah tetangganya, Keira. Selain itu adik Keira, Jason, seringkali mencuri coklat di minimarket milik Fahri. Akhirnya Jason tertangkap dan diberikan pilihan oleh Fahri, dilaporkan polisi atau menjadi sahabat baiknya. Tentu Jason memilih menjadi sahabat baik Fahri, dan mulai merubah pandangannya terhadap Islam. Dari sini Fahri juga mengetahui sebab Keira begitu memusuhi Islam, Keira kehilangan Ayah akibat bom London yang dikabarkan oleh media pelakunya adalah Muslim. Fahri pun memakluminya, hingga terbersit dalam hati untuk mengembalikan citra Islam. Fahri membiayai Keira dan Jason hingga meraih prestasi, sesuai apa yang diinginkannya. Keira sebagai musisi biola handal dan Jason sebagi pemain sepak bola profesional.
Ujian tak henti-hentinya menerpa Fahri. Kini datang dari tetangganya yang lain, Nenek Catrina. Perselisihan nenek Catrina dengan putra tirinya yang sekaligus komandan tentara Israel membuat Fahri turun tangan menyelesaikan konflik yang terjadi, hingga menyeretnya ke meja debat dan posisinya sebagai pengajar di Universitas Edinburgh terancam. Sementara itu pilihan agar Fahri menikah lagi selalu menghantui pikirannya. Kebimbangan meliputi hari-harinya Fahri pun menikah dengan Hulya dan menjadi pengganti gurunya dalam memberikan sanad Qira’ah Sab’ah di masjid ternama. Fahri juga memenangkan debat yang sangat bergengsi di daratan Britania Raya.
Selepas menikah dengan Hulya, Fahri masih saja terbayang oleh Aisha sehingga awal pernikahannya dengan Hulya tidak bahagia. Hulya pun meminta pendapat Sabina yang terbukti sangat manjur. Sampai suatu peristiwa terjadi yang mengharuskan Hulya dirawat di rumah sakit. Nyawanya tak tertolong dan kesedihan kembali menyelimuti Fahri. Sebelum meninggal Hulya berpesan agar wajahnya didonorkan kepada Sabina. Dalam proses pendonoran itu Fahri merasa ada keanehan pada diri Sabina. Fahri seakan melihat sosok Aisha dalam diri Sabina. Fahri pun menggeledah kamar Sabina dan menemukan fotonya bersama Aisha di Candi Borobudur. Di balik foto tersebut ada tulisan “Aku dan suamiku sebelum wajahku rusak.” Fahri meneteskan air mata dan seketika itu bergegas menuju rumah sakit. Sebelum operasi dimulai, Fahri meminta waktu kepada dokter untuk melihat bagian bahu Sabina. Tanda lahir itu meyakinkannya bahwa Sabina adalah Aisha, istrinya yang selama ini hilang. Selain wajah, Fahri meminta dokter untuk mengembalikan suara Sabina. Setelah operasi usai, Fahri segera menemui Aisha berwajah Hulya tersebut. Kerinduan setelah begitu lama tak berjumpa menjadi sangat mesra dengan cerita perjalanan Aisha yang begitu menyakitkan.
Terlepas dari isi cerita novel yang sangat menarik, ada beberapa kesalahan dalam pengetikan di beberapa halaman, seperti:
- Tanda koma seharusnya tidak ada (123 baris 9)
- menemput : menjemput (134 baris 3)
- peneliteian : penelitian (155 baris 7)
- da : dan (159 baris 8)
- sekias : sekilas (331 paragraf 3)
- sini : sisi (384 paragraf 2)
- depan : pekan (464 baris 8 dari bawah)
- tiba : tiga (565 baris 13)
- antar manusia : antarmanusia (572 baris 19)
- umar : umat (576 baris 18)
- ada : Anda (673 baris 3 dari bawah)
Label novel dewasa juga harus disematkan dalam novel ini karena ada beberapa peristiwa yang menyangkut toleransi dan hubungan intim rumah tangga. Karakter dalam novel ini digambarkan dengan kuat dan nyata. Pergolakan kisah cinta dalam perjuangan dakwah Islam di negeri mayoritas non-Muslim yang harus diteladani.
Toleransi dengan tidak mengabaikan identitas diri sebagai muslim sebagai pelajaran berharga. Novel ini menggambarkan bahwa Islam itu indah yang ditunjukkan oleh Fahri. Novel ini baik dibaca oleh kalangan Muslim untuk senantiasa memperbaiki diri, maupun non-Muslim yang ingin mengenal lebih jauh tentang keindahan Islam.
0 Komentar