Kisah Pendamping Lokal Desa di Desa Tampaang yang Rela Melewati Ombak Besar di Lautan Lepas

Oleh: Amril Ihsan Jafar, SE. Pendamping Lokal Desa (PLD) yang bertugas di wilayah kepulauan terluar Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan Kecamatan Liukang Tangngayya.

Sebagai perpanjangan tangan Kemendes PDTT yang bertanggungjawab untuk Pendampingan Masyarakat agar masyarakat bisa merubah pola berpikir secara religius, kreatif dan mandiri, serta dapat mengubah pola pikir dari tertinggal menjadi maju sehingga penggunaan dana desa dapat dimanfaatkan oleh yang di super prioritaskan dalam capaian hasil pendataan IDM dan SDGs melalui setiap tahapan musyawarah desa.

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 12.362,73 km² dengan luas wilayah daratan 898,29 km² dan wilayah laut 11.464,44 km². Kabupaten Pangkep mencakup wilayah utama di Pulau Sulawesi dan kepulauan yang tersebar luas, bahkan beberapa pulau lebih dekat secara geografis dengan Nusa Tenggara Barat dibandingkan Pulau Sulawesi. Beberapa kecamatan di wilayah kepulauan antara lain Liukang Kalmas, Liukang Tangaya, dan Liukang Tupabbiring. Dan Kecamatan Liukang Tangaya Timur tempat saya bertugas sebagai PLD dengan mendampingi empat desa dampingan yaitu : Desa Sabaru, Desa Balo-baloang, Desa Sabalana dan Desa Tampaang.



Perjalanan terberat saat menuju pulau binaan saya pada saat musim timur angin pancaroba atau biasa disebut kata orang disana angin kolong dan juga musim barat daya yang terkandang warga desa kehabisan stok atau kebutuhan pokok makanan terutama beras, karena tidak ada lahan persawahan di pulau dan tidak bisa melakukan perjalanan laut dengan cuaca yang sangat ekstrim. Karena di daerah desa binaan saya memiliki ombak yang besar untuk menuju pulau satu ke pulau lainnya, juga jaraknya begitu jauh ada yang sekitar 6 jam menggunaka perahu kayu dengan mesin tempel diesel. Namun semua itu dijalani dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan kehati-hatian dalam setiap perjalanan juga tak lupa pula selalu berdoa setiap mau bepergian karena hanya Allah SWT sebaik-baiknya penolong dan pemberi kemudahan. Selain itu operasional kami juga di wilayah kepulauan terpencil ini sangat memadai kadang kami menahan lapar di Kapal Perintis dan hanya berbaring pada saat di kapal perintis, juga tidak tidur karena lapar, hanya bisa melihat pemandangan laut yang begitu indah ciptaanmu Ya Allah, dan selalu merasa bersyukur dengan pekerjaan sebagai PLD yang tugas dan bertanggungjawab juga membawa regulasiatau amanah sebagai perpanjangan tangan Kemendes PDTT.

Awal-awal pendampingan saya sebagai PLD saya kurang percaya diri karena pekerjaan Pendamping Lokal Desa tersebut, antara kita dan masyarakat desa sangat dekat bisa dibilang seperti keluarga paling dekat, nah disitulah saya pertama kali tugas sebagai Pendamping Lokal Desa merasa gugup dan kaku saat berbicara (vocal) di depan forum-forum terbuka bersama warga desa, tokoh masyarakat, mitra dan pemerintah desa setempat. Pendamping Lokal Desa kata orang di desa sebagai penerima saran, aduan, masalah dan ada juga menjadikan saya sebagai tempat curhat baik itu masalah desa, anak-anak yang kurang perhatian (brokenhome). Yang jadi masalah kadang warga curhat tentang pribadi dalam keluarganya, seperti percintaan. Kemudian, menurut saya yang terjadi saat mengawal penggunaan dana desa tahun anggaran 2022 karena saya baru 1 tahun 9 bulan di kontrak oleh BPSDM mungkin tak cukup banyak pengalaman yang saya lalui namun yang saya ceritakan ini benar-benar pengalaman saya saat mendampingi Masyarakat desa, keluh kesah yang di hadapi saat membuka acara forum di awal saya sebagai pendamping lokal desa yaitu membacakan materi disaat rapat lalu muncul pertanyaan masyarakat yang saya belum terlalu paham pada saat itu, lalu saya bercucuran keringat mencari regulasi yang bisa menjawab pertanyaan dan solusi untuk jawaban ke masyarakat, sangat tegang dan mengigil padahal cuaca tidak panas saat itu. Diawal juga saya sebagai pendamping lokal desa terus belajar dari pendamping desa dan kabupaten yang menanyakan banyak hal sampai kadang saya dimarahi karena rasa percaya diri saya masih kurandidepan umum, namun setelah sudah berbaur dengan warga desa akhirnya terbiasa dan saya juga sedikit demi sedikit belajar dan banyak membaca agar bahan yang dapat saya sosialisasikan di masyarakat dapat dipahami dan di mengerti dengan baik oleh Masyarakat desa, apalagi bahasa desa menggunakan bahasa daerah Makassar, Bugis dan Mandar. Sehingga Masyarakat kurang paham apabila kita berbahasa Indonesia karena mayoritas pendidikan di pulau hanya berijazah SD s/d SMP dan kurangnya tenaga PNS di desa, hanya tenaga honorer atau THL maka dari itu terkadang anak-anak tidak belajar di sekolah dan akses kesehatan juga sangat parah, bidan di desa masih minim alat juga obat-obatan dan tingkat pendidikan, di wilayah Desa Kepulauan Kecamatan Liukang Tangaya apabila ada ibu melahirkan masih mengandalkan dukun atau biasa disebut orang pulau Sanro Pammana dengan sebutan jappi-jappi (orang pintar). Tapi saya sebagai PLD masih memperpercayai sara’-sara’ (syarat pengobatan) apabila ada orang sakit gigi, perut, kepala dan bahkan patah tulang hanya dengan air dengan bacaan dari sanro tersebut. Di pulau kami PLD juga merasa betah karena ikan-ikan laut yang masih segar langsung dibakar dengan ubi atau sukun yang didapatkan dari warga desa, suka duka di pulau jarang dirasakan oleh PLD lainnya yang desanya dekat dari kota. Warga desa juga sangat baik, sopan dan senang apablia ada tamu datang atau berkunjung dirumahnya, namun kadang kami PLD selalu merasa merenung sebab kami dikiranya membawa bantuan apabila kita baru-baru lagi datang dari kota. Namun rasa akrab pun berjalan dengan sendirinya seiring berjalannya waktu lama kelamaan mereka tahu bahwa pendamping lokal desa ada mentor dan fasilitator, pembina asyarakat desa yang tujuannya untuk ekonomi, kesejahteraan, kesetaraan, kekeluargaan yang bersifat kegotongroyongan.

Menurut saya sebagai Pendamping Lokal Desa bertanggungjawab mendampingi, mengawasi dan mengawal penggunaan dana desa bersama masyarakat justru bisa menjadikan salah satu kebanggaan karena bisa menjadikan desa dari tidak ada sama sekali menjadi ada di desa dari bantuan pendamping lokal desa sebagai perpanjangan tangan Kemendes PDTT. Disamping itu saya juga orangnya mudah bergaul dan suka bergaul sama orang lebih tua dari saya, maka dari itu nyambung dan asik aja dan dibawa happy pada pekerjaan pendamping lokal desa. Walaupun cuaca musim barat atau musim timur saat ke desa mengarungi ombak dilautan di kapal perintis juga menahan lapar namun kita tetap berkata “Membangun Negeri Dari Desa”, “Dari Desa Untuk Negeri”. “Dana Desa Ekonomi Pancasila”.

Program desa berdasarkan pendataan IDM tahun 2023 yang super prioritas dan prioritas penggunaan dana desa; 1) Jalan desa, 2) Lampu penerangan jalan desa, 3) Penampungan air bersih, 4) Listrik non PLN, 5) Jaringan seluler dan internet.

Baru-baru ini saja bantuan tower jaringan dari pemerintah provinsi Sulawesi Selatan membangun tower XL di seluruh desa di Kecamatan Liukang Tangangayya Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan namun kendalanya masih kurang bagus jaringannya belum bisa menggunakan internet juga apabila sudah banyak pemakai jaringan maka jaringan komunikasi lambat dan kadang hilang. Namun sampai saat ini belum ada perbaikan dan perhatian dari pemerintah yang menganggarkan bantuan tower tersebut.

Sebagai Pendamping Lokal Desa saya mencoba lebih percaya diri, terus belajar dan belajar karena sebagai pendamping lokal desa harus banyak tahu, punya ide-ide kreatif, sebab setiap warga memiliki karakter masing-masing berbeda-beda baik secara individu maupun kelompok. Dari pendapatan Masyarakat di desa saja khusus wilayah bagian timur yang berprofesi nelayan, petani daun atau kelapa, penjual, warung makanan di kapal perintis saat melakukan evakuasi penumpang dan proses muat barang.


Posting Komentar

0 Komentar