Oleh: Mohammad Effendi
Pada suatu hari hiduplah sebuah keluarga nelayan, Ibu mereka bernama Widarti dan Ayah mereka Supriyadi. Mereka hidup dengan sederhana, Ibu bekerja sebagai penjual nasi di dekat terminal Jepara dan ayahnya bekerja sebagai nelayan. Penghasilan mereka tidak tetap, terkadang sedikit dan terkadang banyak. Mereka mempunyai lima anak, satu perempuan dan empat laki-laki. Anak yang pertama bernama Dian Yuliati, yang kedua bernama Mochamad Jaelani, yang ketiga Mohammad Effendi, yang keempat bernama Mohammad Ali Zaenal Abidin, dan yang kelima bernama Mohammad Alfian Wibowo. Ayah dan Ibu mereka memiliki impian hanya ingin anaknya kuliah semua, jangan sampai mereka seperti ayahnya jadi nelayan juga, mereka hanya ingin anaknya kerja dengan pulpen tidak bekerja dengan kekuatan seperti ayahnya. Dengan penuh semangat, kerja keras dan berdoa mereka melakukan kegiatannya sehari-hari, tanpa memikirkan lelah, mereka terus melakukan kegiatan sehari-hari hanya ingin mengabulkan impiannya, dan sekarang kelima anak ini sudah dewasa dan sudah kuliah semua. Impian mereka terkabulkan. Meskipun semua anaknya harus tiap subuh membantu ibunya di warung nasi. Ada yang membantu membersihkan warung, Ada juga yang membantu mencuci piring dan peralatan masak, dan ada juga yang membantu memasak. Mereka lakukan dengan senang dan saling membantu demi terwujudnya impian mereka.
Suatu ketika ada dua sabahat, yang pertama bernama Mohammad Effendi. Mohammad Effendi orangnya dari keluarga sederhana, dan orang yang pendiam. Yang kedua bernama Ageng, anak orang kaya tetapi tidak sombong. Mereka sudah berteman dari SMA. Pada tanggal 13 Oktober 2006, jam 04.30 sehabis subuh mereka akhirnya pergi dari rumah mereka Jepara ke Semarang untuk mendaftar kuliah. Mereka naik motor Satria dari Jepara ke Semarang yang ditempuh hampir 2 jam perjalanan, akhirnya kedua pemuda tadi sampai di kampus UNISSULA SEMARANG, Effendi ingin mendaftar kuliah teknik dan hukum, meskipun awalnya dia ingin daftar kedokteran tetapi dia tahu keluarganya belum bisa membiayainya, pada saat mendaftar Effendi menelepon ayahnya untuk ambil kedokteran, tetapi ayahnya menjawab sambil tertawa bilang “iya dho ambil aja kedokteran, nanti saya akan jual tanah alun-alun Jepara wkwkwkwkwk” mendengar seperti itu akhirnya EFFENDI mengambil jurusan Teknik Sipil dan Hukum yang sudah di amanatkan orang tuanya dan Ageng ingin mendaftar kuliah kedokteran dan teknik. Mereka memilih kedua jurusan itu karena di kampus itu menyediakan dua jurusan sekali mendaftar. Dan akhirnya mereka terpilih di jurusan teknik dan berkumpul bersama teman-teman lain di teknik. Teman mereka bernama Dana, Teguh, Ahad, Anang, Wahyu, Soni, Dika, Mufid, Milza, Okki, Gondrong, mereka ditemukan di satu kampus, tanpa mengenal sebelumnya.
Pada suatu ketika di hari Senin jam 07.00 di kampus teknik, mereka semua hadir untuk mengikuti Pekan Taaruf, yang dimana UNISSULA sudah tidak mengunakan ospek tetapi mengunakan Pekan Taaruf untuk memperkenalkan kampusnya serta fakultasnya. 7 hari kita melakukan Pekan Taaruf, sampai akhirnya kita di bawa di fakultas masing-masing, dimana saya, Agung dan teman-teman yang saya sebutkan di atas berkumpul di fakultas teknik untuk perkenalan apa saja di fakultas teknik, seperti ruang kuliahnya, labnya, dan kantinnya. Ada kejadian lucu yang dimana saya masih ingat betul, dan jika teringat kadang lucu. Suatu ketika saya pertama kali masuk fakultas teknik, di situ ada teman yang ngomong terus, tidak bisa diam dan over, di situ saya merasa kesal dan jengkel sapa sih anak gemuk tersebut dan dari mana, ternyata setelah 4 tahun berlalu, tahu tidak dia siapa dan apa hubunganya sama saya apa? Jika bisa jawab saya kasih buku kader teknik deh, mumpung baru rilis kemarin tanggal 27 Februari 2019, hehehehe (kalau ini saya baru promosi, hehe). Dia adalah Teguh Prambudi, hubunganya dengan saya sangat banyak dan berpengaruh besar dalam dunia keteknikan. Teguh Prambudi anak keluarga sederhana, dia gemuk seperti saya. Tapi masih ganteng saya ya, hehe. Teguh Prambudi teman fakultas teknik saya, dia juga teman tugas akhir saya, di mana di fakultas teknik UNISSULA bila mau lulus harus membuat tugas akhir dan di buat dua orang. Dia yang membantu saya dari konsep tugas akhir, membantu saya ke Pekalongan dengan membawa motor dia untuk survey, saya yang semasa itu belum punya motor. Jadi saya banyak menyusahkan teman-teman teknik jika ada tugas, terima kasih mas Teguh, mas Agung, mas Milza, mas Rifky, mas Anang, mas Okky, mas Soni yang sudah saya susahkan. Tidak itu saja saya juga sudah di bantu mas Teguh untuk nginep di kosnya dan rumahnya untuk pembuatan tugas akhir saya, saya harus nginep karena saya tidak punya komputer, dan alhamdulilah ternata ayahnya mas Teguh dosen S2 dan kepala dinas PU di Pekalongan, terima kasih pak semoga amal ibadah jenengan bisa membawa jenengan tenang di alam kubur, aminn. Semasa itu hanya modal nekat yang saya lakukan untuk kuliah. Di kasih orang tua seminggu hanya Rp. 100.000,00, untuk perjalanan ke Semarang sudah Rp 20.000, masih Rp 80.000 untuk biaya hidup seminggu, satu hari itu paling gak Rp 10.000 untuk makan, dan harus di bagi 2 kali makan jadi sekali makan habis 5.000, kalo sudah makan pagi dan siang berarti malam gak makan, tapi biasanya saya siasati makan pagi dan malam, siangnya kalo lapar minum air putih sebanyak-banyaknya biar kenyang. Dan alhamdulilah di fakultas teknik UNISSULA banyak sekali beasiswa,dari keterbatasan tersebut saya iseng mengikuti beasiswa tersebut, syaratnya adalah IP Minimal harus 3.00, dan alhamdulilah tiap tahun saya mendapatkan beasiswa tersebut. Alhamdulilah berkat doa dan dukungan dari orang tua dan teman teman akhirnya saya lulus fakultas teknik tahun 2011 di bulan Oktober.
Saya mendapatkan ilmu Teknik Sipil di Universitas Islam Sultan Agung Semarang, masuk Pada tahun 2006 dan Lulus tahun 2011, setelah lulus 2011, saya bekerja di program usri di Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah, 2015 saya pindah bekerja di program PPIP dan program BSPS di Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah juga, 2016 sampai 2019 saya bekerja di program P3MD sebagai Tenaga Ahli Infrastruktur Desa (TAID) di tiga Kabupaten, pertama di Kabupaten Banjarnegara, kedua di Kabupaten Jepara, dan ketiga di Kabupaten Banyumas di Provinsi Jawa Tengah. Dari program P3MD disini saya mempunyai tupoksi memfasilitasi kader teknis desa, banyak para pedamping yang pintar-pintar untuk pedampingan kader teknik desa, mereka membuat suatu pedoman sederhana yang bisa dikuasai oleh kader teknik desa tetapi belum dibukukan untuk mempermudah kader teknik desa, disini saya muncul suatu gagasan untuk di bukukan supaya pedoman tentang kader teknik desa ini bisa dikumpulkan dan dipelajari dengan mudahnya oleh kader teknik desa, semoga dengan diterbitkan buku ini supaya bisa di pelajari dengan mudahnya. Itulah Buku Pertama saya.
0 Komentar